Pages

Sabtu, 19 April 2014

Liburan Anti Mainstream

"Cin, sayang ya, pemandangan kayak gini cuma bisa tersimpan di memori pikiran, gak bisa tersimpan di memori kamera."

Kedatangan Cindy, Petrus dan Miduk ke Yogyakarta membuatku akhirnya merasakan gimana liburan yang benar-benar anak kuliahan banget. Gak ada hal yang perlu di kejar sehingga harus buru-buru. Gak ada batasan waktu dan yang paling penting gak ada "Jangan gini, jangan gitu, gak boleh gini, gak boleh gitu." dari orang tua.
Di mulai dari tanggal 17 April 2014 pukul 09.00, kami memulai perjalanan menuju Candi Borobudur. Memakan waktu hampir 2 jam dari Hotel mereka yang berada di Jl.Kaliurang. Perjalanan yang lumayan lama terbayar dengan kemegahan Candi yang bagi Cindy merupakan pengalaman pertama. For the first time she saw Borobudur Temple with me beside her ahaha:3


Panas menyengat, rintik hujan, gak menggoyahkan keteguhan hati kami untuk mendaki sampai puncak tertinggi, ya walaupun harus berhenti di setiap tingkat dengan alasan "Fotoin aku.."
Ini merupakan kali keempat aku mengunjungi Borobudur. Gak pernah bosan dan gak pernah capek. I just love Borobudur with no reason. Buatku, melihat borobudur sama dengan melihat realita dari mimpiku. Aku ingat waktu SMA dulu, aku sering ngayal/ngemimpiin kalau suatu saat aku bakal ke Borobudur, bakal ke Jogja, dan Puji Tuhan itu terwujud.
Balik lagi ke topik awal, ya seperti yang aku bilang di awal, karena kami liburan dengan ala-ala anak kuliahan, kami cukup lama menghabiskan waktu di Borobudur. Akhirnya sekitar pukul 13.00 kami kembali ke Jogja untuk melanjutkan perjalanan.


Perjalanan berikutnya adalah Sunset di Wonosari. Di Wonosari, ada suatu kawasan yang memiliki hampir 10 pantai yang masih sangaaaaaaaat bersih dan jernih. Aku pernah mengunjungi salah satunya, yaitu Pantai Indrayanti dan berencana untuk kesana lagi walaupun perjalanan yang harus di tempuh lumayan jauh dan lama.
Pukul 15.30, setelah berganti pakaian menjadi pakaian pantai di hotel, kami melanjutkan perjalanan ke Wonosari. Kami tidak memakai AC di dalam mobil dengan alasan "Nanti bensinnya cepat habis." Dan konsisten tidak menghidupakan AC sampai kami kembali ke Jogja. Mulai deh muncul sifat anak kuliahannya, irit. Hahaha!
Sayangnya, masih setengah perjalanan, matahari mulai turun. Keinginan untuk melihat sunset pupus sudah. Ya, karena memang terlalu santai dan gak memperhitungkan waktu, kami gagal melihat sunset. Tapi, kami tetap melanjutkan perjalanan dengan alasan "Udah setengah jalan."
 Kami akhirnya sampai di salah satu pantai yaitu Pantai Baron tepat pada pukul 19.00. Sudah sangat amat gelap -Jogja memang cepat gelap-. Turun dari mobil, kami di sambut dengan angin pantai dan suara ombak yang terdengar sangat jelas karena memang hanya kami ber-8 (ada 4 orang teman Cindy dari Malang juga ikut) yang ada di pantai itu. Kami berjalan mendekat ke arah pantai dan duduk di salah satu pondok kosong yang ada di situ.


Bayangkan.. Angin malam yang lembut, Suara ombak yang berkejar-kejaran, Pasir yang berdesir, Langit malam yang cerah bertabur begitu banyak bintang. Kesempurnaan! 

Aku gak pernah melihat langit secerah itu selama di Jogja. Langit malam itu begitu indah. Banyak bintang dan terlihat sangat dekat dengan Bumi. Sayang, gak bisa di foto. Sayang sekali kalian tidak melihatnya langsung. Menurutku, itu adalah langit terindah yang pernah kulihat.
Kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Krakal untuk makan dan beristirahat sebentar. Aku selalu suka makan sambil mendengar suara ombak. Nafsu makanku meningkat dua kali lipat. Malam itu, Bulan Purnama beranjak naik menambah keindahan langit.
Sejak saat itu, muncul keinginan yang sangat aku harapkan bisa terjadi di kemudian hari. Aku ingin tidur di pantai, hanya beralaskan pasir, menonton bintang-bintang di langit dan mendengar suara ombak. Masih membayangkannya saja sudah membuatku merasa sangat bahagia.
Kembali ke topik, karena mengira bisa bermain air di pantai, Cindy dan teman-temannya sudah membawa pakaian ganti dan peralatan mandi dari hotel. Sama sekali gak kepikiran bahwa akan kemalaman sampai di pantai. Bayangkan aja, dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam belum menyentuh air, muka belum di cuci, bayangkan betapa lengketnya tubuh kami. Kami ingin mandi, namun kamar mandi tidak sesuai harapan, akhirnya keinginan untuk membersihkan badan gagal dulu untuk sementara. "Nanti mandi di pom bensin aja.."


Pukul 22.00, kami turun dari Wonosari menuju Jogja. Lalu, kepikiran, mau kemana lagi?
"Kalau kita balik Jogja sekarang, sayang lah mobilnya. Kan di rental 24 jam." Anak kuliahan memang perhitungan. Dengan beralaskan alasan tersebut kami melanjutkan perjalanan ke Solo. Ngapain? "Supaya bisa check in." Bukan anak kuliahan kalau ngga check in di Path.Kami pengen ke Alun-alun Solo tapi di antara kami gak ada yang tahu tempatnya dimana. Syukurnya kita hidup di zaman teknologi serba canggih, di saat seperti ini ada GPS yang membantu. Harusnya sih membantu, tapi nyatanya malah kesasar. Tengah malam, di kota orang, gak tahu mau kemana. Akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sejenak di Angkringan yang kebetulan ada di pinggir jalan. Petrus juga perlu mengisi tenaga karena dia sudah menyetir cukup jauh & lama.


Pukul 03.00 kami dengan kesadaran yang masih belum full, melanjutkan perjalanan ke Pantai Parangtritis dengan harapan bisa melihat sunrise. Jalanan yang sepi dan Petrus yang mengemudi mobil dengan kecepatan 80-100km/jam membuat kami sampai di Parangtritis tepat pukul 04.30. Bulan masih di atas kepala kami. Ya, kami kepagian. Angin pantai benar-benar membuat kami kedinginan, karena pengaruh belum mandi juga sih. Kami menunggu dengan sabar namun beberapa orang kembali terlelap sambil meringkuk di dalam mobil. Sekitar pukul 05.30, mulai terlihat semburat oranye dari sebelah timur pantai. Aku, Cindy, Brando dan Irene (yang lain tidur di mobil) berjalan menuju Pantai dan tersenyum lebar.. Pantai di pagi hari benar-benar indah. Perpaduan langit warna oranye, biru dan putih menambah keindahan pagi itu. Air hangat membasahi kami namun kami tidak peduli. Perjalanan kami berjalan dengan lancar dan menyenangkan. Parangtritis menjadi saksi bahwa itu kali pertama aku mengalami liburan yang se-aneh ini. Gak mandi, kurang tidur, berkendara di tengah malam dan bersama-sama mereka (Cindy,Petrus,Miduk,Brando,Irene,Anas & Tria) selama 24 jam full. Rasanya aneh tapi jujur, aku menyukainya.

Senin, 07 April 2014

Here I Am

Tiba-tiba punya pikiran untuk membuka blog ini. Jujur, sempat berpikir dua kali untuk mengingat nama webnya. Post-an terakhir tanggal 6 September 2012, udah lama juga ya, 1 tahun 7 bulan vakum. Banyak banget hal-hal yang terjadi samaku selama 1 tahun belakangan ini. Banyak banget.
First at all, I'm going to college! Yey! Ya, sekarang aku menulis bukan lagi sebagai anak sekolahan tapi sebagai anak kuliahan. Anak kuliah semester 2. Aku cukup bersyukur, sangat bersyukur malah karena bisa kuliah di jurusan yang emang bener-bener keinginanku. Sangat bersyukur karena bisa maju selangkah dalam meraih cita-cita yang memang pure cita-citaku sejak kelas 2 SMA. Missing high school so much. Dunia perkuliahan bener-bener buat aku terkejut, awalnya. Mungkin udah terbiasa 12 tahun dengan sosok pengajar yang care dan tegas. Udah terbiasa dimarahin kalau ketahuan main Hp. Udah terbiasa dimarahin kalau ketahuan tidur. Dulu, waktu masih sekolah. Sekarang? Berhadapan dengan sosok pengajar yang cuek dan bebas membuat aku benar-benar harus beradaptasi dengan perubahan ekstrem. Aku masih gak ngerti gimana cara belajar anak kuliahan. Di semester lalu aku sangat amat teramat santai, bahkan gak punya buku catatan. Tapi, Puji Tuhan IPnya gak jelek-jelek amat hahaha!
Second, I'm far from home now. Cita-citaku yang terwujud lagi. Aku merantau ke pulau seberang! Masih terekam jelas di pikiranku gimana waktu aku ninggalin rumah, keluarga, teman dan kenangan di Medan. Aku masih ingat bener gimana sedihnya melangkah ke ruang tunggu bandara. Aku masih bisa ngerasa hangatnya pelukan perpisahan Papa & Mama dan jujur aja tiap ingat itu aku bisa nangis. Kadang, kenyataan bahwa aku punya kehidupan lain di kota lain membuatku gak tahan merantau. Rasanya pengen pulang, pengen bobok di kamar sendiri, pengen berantem sama Cathy & Ben. Rasanya.. aku gak sanggup. Tapi kemudian aku disadarkan bahwa ini keinginanku. Ini salah satu proses untuk pencapaian cita-citaku. Apa aku selemah itu sampai harus menyerah pada keinginanku sendiri? Ya, syukurnya, udah hampir setahun dan aku masih bisa mengontrol perasaan rindu rumah, perasaan ingin pulang dan perasaan ingin menyerah sekarang.
Third, I don't have any boyfriend. Ini nih hal yang paling ribet di jelasin hahaha! Anyway, I'm no longer with Agri. Kami udah putus. Aku lupa tepatnya kapan, yang pasti tahun lalu atau mungkin 2 tahun lalu? Kami putus secara baik-baik. Aku lupa alasannya kenapa, tapi aku ingat kalau kami berakhir secara baik-baik. Ya, we were completely done. Sempat baca beberapa postingan di blog ini tentang ke-labil-an ku waktu SMA dulu, tentang jatuh bangunnya hubungan sama Agri, tentang semua galau-galau picisan yang pernah ku tulis. Gak bisa dipungkiri kalau 70% isi blog ini tentang Agri semua. Aku gak berencana untuk menghapusnya. Dia pernah jadi hal indah dalam hidupku, dia pernah jadi seseorang dalam hidupku, dan menghapus memori itu akan membuatku terlihat sangat jahat. Jujur, aku udah melupakannya. Tapi ketika aku membaca beberapa postingan yang berkaitan dengan dia, spontan ingatan tentang dia masuk ke dalam pikiranku dan aku menyukainya. For your information, He's already taken. Hal yang dulunya aku kira akan sangat menyakitkan (red-melihat dia bersama cewek lain selain aku). Ternyata, sama sekali nggak. Aku udah cukup puas menyayanginya sampai 1 tahun lebih dan aku udah merasa cukup atas kasih sayangnya. Udah waktunya dia menyayangi gadis lain. Gadis yang bisa memperbaiki kesalahan yang pernah ku buat.
At least, here I am. Semua postingan yang ada di blog ini ditulis oleh gadis bernama Bella. Gadis itu pernah selabil remaja berusia 15 tahun. Gadis itu pernah berdinamika dengan cinta monyet di usa 16 tahun. Gadis itu pernah bergumul dengan keputusan untuk masa depan di usia 17 tahun. Dan gadis itu sedang berusaha meraih sesuatu yang abstrak di usianya yang ke 18 tahun. Here I am.