Pages

Kamis, 28 Mei 2015

just so you know

Aku selalu pengen punya sahabat cowok; dari dulu waktu SD. Rasanya, envy aja ngelihat temen-temen cewek seru-seruan bareng sama temen-temen cowoknya. I'm kind of hard when it gets to a boy. Jadi, ngga, aku lebih suka berteman sama cewek.

Makin gede, people change, so do I. 

Then,

I found him..


Di depan dia, aku bisa jadi apa aja. Aku bisa jadi cewek yang girly abis atau cewek yang mendadak hipster.    "Bel, kau yakin mau pake itu?"    He only asked! He never judging me!

I could act as stupid as I want and I know he'll never leave me. Dia bakal bilang, "Bel, jangan buat malu, please. Semua orang udah ngeliatin kita." Tapi, bukannya pergi ninggalin aku menelan malu sendirian, dia malah stay right beside me. What a gents!

He knows literally everything about me. We barely talk because this kind of long distance friendship, but when we have time to chit'nchat I'll tell him everything and I know he understands (walaupun responnya sekedar; hem, yeah, terus?). 

Banyak yang ngira kami pacaran. Banyaknya kebangetan. Tapi, ya, dengan semua kemesraan di media sosial, orang-orang yang ngelihat juga bakal punya spekulasi  yang sama. Erm, sekedar memberi klarifikasi bahwa..

Kami. Tidak. Akan. Pernah. Dan. Tidak. Akan. Bisa. Pacaran.

!

Anyway, we put hates on too.
Ngga bisa di pungkiri kalau dia itu ngeselin. Ngeselin banget. Ya ampun!
He is seriously a bipolar. Dan kadang, eh, bukan kadang. Dan aku bingung gimana harus menghadapi dia. I found myself being so patiently kind of girl to him. Aku bakal berusaha mencairkan suasana dengan ngechat heboh-dengan semua sticker dan bahasa unyu- dan dia cuma ngebalas "Apa?" or worst..

..di read doang.

:)!

Harga diriku sebagai cewek hilang, pupus, musnah.
No one in this whole fuckin world deserve to be treated like that, especially a girl! Do you listen t me?!

Ketika aku ngga bisa telfonan sama dia karena UAS atau karena ketiduran, dia bakal ngambek. Dan aku harus ngebujuk dia dan minta maaf dan bahkan sampai ngirim bakpia.
Tapi, ketika dia ngga bisa nyediain waktu untukku, dia ngga bakal ngerasa bersalah. Karena aku juga ngga ngambek sih. But, he never asks me for apologies!

I am so mad because he is too busy. 
Aku udah ngechat dia dua kali, nanya bisa ngobrol ga. Dan dia, mungkin, terlalu sibuk untuk membalas. And I'm tryin to understand.


Friendship, its not only about having fun 'till drop but also find the fun when its drop.

We get this ups and downs for many times. And we always know how to make it better. It's all about timing. Good to you because I am here, forever.

**
People call him Brema, I call him Wing or sometimes My Wing.
And this is for you.

p.s : it took a hour to take that selfies. tell me what is that for.


Rabu, 13 Mei 2015

after a long time

Ini tuh rasanya kaya lagi main ftv. Bedanya, di ftv kita bisa tahu apa yang pihak cowok rasain sedangkan dalam kasus aku sekarang ini, ngga ada yang tahu apa yang dirasakan oleh doi. Ntah dia baper juga atau malah.. ilfeel?

Aku ngga pernah nyangka bakal ada satu cowok yang bisa buat aku jadi stalker dan pura-pura belajar serius di dekat dia kaya gini.. (re: padahal aku nulis blog lol).
This guy.. hem.. what could I say?

Aku ngga bisa mengatakan bahwa aku menyukainya karena masih terlalu dini untuk keputusan sebesar itu. Tapi, ya, aku tertarik padanya. With no reason..
Aku.. bahkan lupa sejak kapan dan karena apa. Because people fall in love in mysterious ways, right?

He laughed at my jokes
I couldn’t handle a boy who; 
Appreciate girl this much.
Has a good hair.
He is playing guitar too (erm.. this is seriously a bonus).



Tapi aku beneran ngga tau apa yang dia rasain (oke.. ini kedengaran menggelikan). After a long time, it's good to having crush on someone. 
I couldn't picture me and him in the future, all i want is to enjoying this feels as much as i could. 

I'm dying to see how this one ends.

Rabu, 04 Juni 2014

"It still seems like he hasn't left, he just stucked there in Penang and never come back"

Tiba-tiba terpikir untuk berbagi sebuah kisah yang awalnya aku kira hanya ada di novel-novel teenlit.

Aku ada di sana saat kau bercerita tentang persahabatanmu dengan laki-laki itu. Aku masih bisa mengingatnya dengan jelas, walaupun waktu itu kita masih sangat muda untuk berbicara mengenai masalah seperti ini.

Aku ada di sana saat kalian memutuskan untuk mengganti kata sahabat menjadi pacar. Aku sudah cukup besar untuk mengerti hal ini, tapi kau belum cukup besar untuk berada dalam hubungan seperti itu, menurutku. Tapi aku menyetujuinya. Aku memang belum pernah bertemu dengan laki-laki itu, namun aku cukup mengenalnya dari semua kisah yang kau bagikan. 

Pacaran dengan sahabat sendiri. Seperti di novel teenlit, kan? Tapi kisah ini ga sesimple itu. Biarkan aku melanjutkannya..

Aku ada di sana saat kita sama-sama mulai beranjak dewasa. Masih belum terlalu dewasa untuk memahami arti cinta namun sudah cukup dewasa untuk sekedar tahu apa itu cinta

Aku ada di sana untuk mendengar kisah kalian. Baik kisah yang menyenangkan ataupun kisah yang menyedihkan, aku selalu ada di sana. Kau tidak perlu menyuruhku dua kali untuk menjadi pendengarmu karena aku dengan senang hati melakukannya. Saat itu aku tahu, laki-laki ini sangat spesial untukmu.

Aku juga ada di sana saat kalian memutuskan untuk berhenti. Antara sudah tidak nyaman atau ada faktor lain. Lagian, tidak gampang untuk anak belasan tahun berkomitmen setia kepada satu orang. Wajar.

Aku hanya tidak menyangka kalian benar-benar berhenti. Berhenti menjadi pacar sekaligus berhenti menjadi sahabat. Sangat disayangkan tapi, aku bisa berbuat apa?

Aku ada di sana saat kau berusaha dengan laki-laki lain. Kau berhasil, untuk beberapa waktu. Tapi menurutku, kau tidak pernah seberhasil dulu. 

Aku ada di sana dan mulai mengenal laki-laki itu secara langsung. Tidak lagi berdasarkan kisah-kisah yang kau bagikan, karena kau sudah berhenti melakukannya. Aku mengenalnya dan semakin menyayangkan keputusan kalian untuk berhenti waktu itu. 

Aku ada di sana, melihat dengan mataku sendiri, kau berusaha dengan laki-laki lain dan dia berusaha dengan perempuan lain. 

Aku juga ada di sana saat kau berhadapan dengan kenyataan yang sangat menyakitkan untuk perempuan belasan tahun sepertimu. 

"dia meninggal"

Dulu, aku selalu beranggapan bahwa hal-hal seperti ini hanya terjadi di novel atau di ftv. Kenyataannya, hal ini terjadi dengan orang terdekatku. Aku masih tidak menyangka, sampai sekarang.

Bagaimana keadaan perempuan itu sekarang?

Dia baik-baik saja, mulai berusaha lagi dengan laki-laki lain namun di sisi lain tetap setia dengan laki-laki itu. Laki-laki yang sekarang ini kuyakini menjadi malaikat pelindungnya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa laki-laki itu pernah punya perempuan selain dirimu. Dia pernah menjalin kisah dengan perempuan selain dirimu. Tapi, menurutku, kau adalah perempuannya yang paling spesial.

Kau menyukainya sejak di sekolah dasar. Kau menyukainya karena kepolosan anak sd yang dimilikinya. Kau menyukainya dari awal.. 

Kau menyukainya sebelum dia berubah menjadi anak sma yang kece. Sebelum dia membawa mobil ke sekolah. Dan sebelum banyak perempuan yang berusaha menarik perhatiannya.

Dan, kau menyukainya sampai sekarang. Jangan menepis hal itu.

Mungkin, Tuhan tidak menginginkan dia menjadi milik perempuan lain selain dirimu. Jadi, Dia memutuskan untuk menjadikannya sebagai malaikatmu. 

Kau seharusnya bahagia karena sahabat, mantan pacar dan malaikatmu adalah orang yang sama. Tidak semua orang bisa mendapatkan hal seajaib ini.

Aku bangga karena selalu ada di sana dan aku bangga mengatakan bahwa perempuan itu adalah my sister from another mother, Priscilla Agina Depari.

Senin, 19 Mei 2014

I thought I'd smile to bed but it turned out & I ended up crying.

This was just the BEST DAY OF MY LIFE. WAS. Finally ya, setelah hampir setahun bertahan dengan isi doa "Semoga mereka datang ke Indonesia" akhirnya terwujud. It was like a dream.
I can't believe it, 'till now. Ya, aku gak nyangka aja kalau mereka benar-benar bakalan datang ke sini. Even in the next year.
Aku ingat, masih sangat ingat gimana perasaan waktu ngelihat announcement itu. I really were shaked and cried.. Nangis bahagia.
Gak sia-sia nabung udah hampir 2 semester ini. And I can tell you it's really hard. Menyisakan 1/3 dari jatah bulanan dalam situasi perantauan. Hahaha.. Hard but I do it well.
Aku ingat Papa sering nanya, "Duitnya cukup?" dan aku selalu menjawab dengan bangga, "Berlebih, Pa. Aku masih bisa nabung."
Itu semua gak sia-sia, perjuangan irit dan doa yang tak henti-henti benar-benar menunjukkan kuasanya. THE ONE THING THAT I HAVE BEEN WAITING FOR SO LONG IS FINALLY CONFIRMED.
BISA LIHAT GIMANA BAHAGIANYA AKU?!
Aku
Sangat
Amat
Teramat
Bahagia
Sampai pada akhirnya aku dihadapkan pada kenyataan bahwa semua ga segampang itu. Ga segampang beli tiket lalu pergi. Ga segampang minta ijin ke Papa & Mama.
Aku tahu mereka bakalan melarangku pergi. Aku pernah dilarang Papa waktu kelas 3 SMP. Tapi, sekarang aku udah mahasiswi dan aku kira keputusan mereka bakal berubah.
Ternyata? I TOLD YOU TODAY WAS THE BEST DAY OF MY LIFE. WAS!!
Mereka ga melarangku pergi. Tidak secara blak-blakan maksudku. Tapi, mereka juga ga mengijinkan aku pergi. Mungkin belum tapi ntahlah.
Aku nangis (lagi)
Ya, still.
Ini merupakan salah satu dari sekian banyak pencapaian yang ingin aku capai sebelum 20 tahun. Pencapaian gak harus selalu berhubungan dengan akademik, kan? Menurunkan 4kg berat badan juga merupakan suatu pencapaian.
Kenapa aku ingin mencapai hal ini?
Aku perantau. Aku jauh dari rumah dan itu menyebabkan tidurku tidak selalu nyenyak. Dan membayangkan rumah/keluarga saat sebelum tidur sungguh sangat tidak membantu. Aku pernah mencobanya dan berakhir dengan mata bengkak keesokan harinya.
Sejak saat itu aku menolak untuk membayangkan "bagaimana jika sekarang aku berada di rumah" dan menggantinya dengan "bagaimana jika mereka beneran datang ke Indonesia" dan.. It works.
Jadi, aku menangis karena aku tahu apapun keputusan Papa & Mama nanti (yang aku tahu gak bakal bisa ku-deny) itu akan sangat berpengaruh terhadap apakah hal tersebut akan menjadi nyata atau tetap menjadi khayalan sebelum tidur.
Sounds silly, I know. But this is the truth that no one ever know.
They helped me. They saved me. They remind me of my family. They remind me of our car. They remind me of you, mom.
Aku ingat selalu bilang "Aku udah nabung dan bakal nonton konser mereka" dan aku ingat Mama selalu menjawab "Mereka gak bakalan datang ke sini. Ngapain nonton mereka." I thought you were joking.
Waktu HPku hilang dan aku gak punya media apa-apa untuk menghubungi orang rumah, dan disaat itu aku lagi terserang home-sick. Aku memutar lagu mereka.
Membayangkan kalau aku lagi di kamar, di tempat tidur samping ada Cathy dengan komik Miikonya. Gak lama kemudian Mama masuk ke kamar dengan daster dan wangi sabun yang sangat ku suka. Menyuruh Cathy berhenti membaca, menyuruhnya pipis lalu berdoa lalu Mama menyelimuti Cathy dan mencium keningnya.
"Bobok ya, Nak." Itu yang selalu Mama bilang sebelum keluar kamar lagi.
Aku gak tahu kenapa aku menulis ini.
Gak ada alasan tertentu. Aku hanya tinggal menunggu keputusan Papa & Mama dan mempersiapkan diri atas apapun yang mereka katakan.
Aku belum cukup dewasa?
:')
You should know that It would be really hard to see other people can see them in the real life while I would just sit and watching them in youtube for 28470974469732 times.
Yeah, in your eyes they are just a boyband. But please for this time see them with my eyes so you can understand why I acted like this.
I love you much more than I love them.
I have said 'I Love you' to you so many times but I haven't tell them once.
Please, give me just one chance to do that. I know you would.

Still can't believe it is really came true!

Sabtu, 19 April 2014

Liburan Anti Mainstream

"Cin, sayang ya, pemandangan kayak gini cuma bisa tersimpan di memori pikiran, gak bisa tersimpan di memori kamera."

Kedatangan Cindy, Petrus dan Miduk ke Yogyakarta membuatku akhirnya merasakan gimana liburan yang benar-benar anak kuliahan banget. Gak ada hal yang perlu di kejar sehingga harus buru-buru. Gak ada batasan waktu dan yang paling penting gak ada "Jangan gini, jangan gitu, gak boleh gini, gak boleh gitu." dari orang tua.
Di mulai dari tanggal 17 April 2014 pukul 09.00, kami memulai perjalanan menuju Candi Borobudur. Memakan waktu hampir 2 jam dari Hotel mereka yang berada di Jl.Kaliurang. Perjalanan yang lumayan lama terbayar dengan kemegahan Candi yang bagi Cindy merupakan pengalaman pertama. For the first time she saw Borobudur Temple with me beside her ahaha:3


Panas menyengat, rintik hujan, gak menggoyahkan keteguhan hati kami untuk mendaki sampai puncak tertinggi, ya walaupun harus berhenti di setiap tingkat dengan alasan "Fotoin aku.."
Ini merupakan kali keempat aku mengunjungi Borobudur. Gak pernah bosan dan gak pernah capek. I just love Borobudur with no reason. Buatku, melihat borobudur sama dengan melihat realita dari mimpiku. Aku ingat waktu SMA dulu, aku sering ngayal/ngemimpiin kalau suatu saat aku bakal ke Borobudur, bakal ke Jogja, dan Puji Tuhan itu terwujud.
Balik lagi ke topik awal, ya seperti yang aku bilang di awal, karena kami liburan dengan ala-ala anak kuliahan, kami cukup lama menghabiskan waktu di Borobudur. Akhirnya sekitar pukul 13.00 kami kembali ke Jogja untuk melanjutkan perjalanan.


Perjalanan berikutnya adalah Sunset di Wonosari. Di Wonosari, ada suatu kawasan yang memiliki hampir 10 pantai yang masih sangaaaaaaaat bersih dan jernih. Aku pernah mengunjungi salah satunya, yaitu Pantai Indrayanti dan berencana untuk kesana lagi walaupun perjalanan yang harus di tempuh lumayan jauh dan lama.
Pukul 15.30, setelah berganti pakaian menjadi pakaian pantai di hotel, kami melanjutkan perjalanan ke Wonosari. Kami tidak memakai AC di dalam mobil dengan alasan "Nanti bensinnya cepat habis." Dan konsisten tidak menghidupakan AC sampai kami kembali ke Jogja. Mulai deh muncul sifat anak kuliahannya, irit. Hahaha!
Sayangnya, masih setengah perjalanan, matahari mulai turun. Keinginan untuk melihat sunset pupus sudah. Ya, karena memang terlalu santai dan gak memperhitungkan waktu, kami gagal melihat sunset. Tapi, kami tetap melanjutkan perjalanan dengan alasan "Udah setengah jalan."
 Kami akhirnya sampai di salah satu pantai yaitu Pantai Baron tepat pada pukul 19.00. Sudah sangat amat gelap -Jogja memang cepat gelap-. Turun dari mobil, kami di sambut dengan angin pantai dan suara ombak yang terdengar sangat jelas karena memang hanya kami ber-8 (ada 4 orang teman Cindy dari Malang juga ikut) yang ada di pantai itu. Kami berjalan mendekat ke arah pantai dan duduk di salah satu pondok kosong yang ada di situ.


Bayangkan.. Angin malam yang lembut, Suara ombak yang berkejar-kejaran, Pasir yang berdesir, Langit malam yang cerah bertabur begitu banyak bintang. Kesempurnaan! 

Aku gak pernah melihat langit secerah itu selama di Jogja. Langit malam itu begitu indah. Banyak bintang dan terlihat sangat dekat dengan Bumi. Sayang, gak bisa di foto. Sayang sekali kalian tidak melihatnya langsung. Menurutku, itu adalah langit terindah yang pernah kulihat.
Kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Krakal untuk makan dan beristirahat sebentar. Aku selalu suka makan sambil mendengar suara ombak. Nafsu makanku meningkat dua kali lipat. Malam itu, Bulan Purnama beranjak naik menambah keindahan langit.
Sejak saat itu, muncul keinginan yang sangat aku harapkan bisa terjadi di kemudian hari. Aku ingin tidur di pantai, hanya beralaskan pasir, menonton bintang-bintang di langit dan mendengar suara ombak. Masih membayangkannya saja sudah membuatku merasa sangat bahagia.
Kembali ke topik, karena mengira bisa bermain air di pantai, Cindy dan teman-temannya sudah membawa pakaian ganti dan peralatan mandi dari hotel. Sama sekali gak kepikiran bahwa akan kemalaman sampai di pantai. Bayangkan aja, dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam belum menyentuh air, muka belum di cuci, bayangkan betapa lengketnya tubuh kami. Kami ingin mandi, namun kamar mandi tidak sesuai harapan, akhirnya keinginan untuk membersihkan badan gagal dulu untuk sementara. "Nanti mandi di pom bensin aja.."


Pukul 22.00, kami turun dari Wonosari menuju Jogja. Lalu, kepikiran, mau kemana lagi?
"Kalau kita balik Jogja sekarang, sayang lah mobilnya. Kan di rental 24 jam." Anak kuliahan memang perhitungan. Dengan beralaskan alasan tersebut kami melanjutkan perjalanan ke Solo. Ngapain? "Supaya bisa check in." Bukan anak kuliahan kalau ngga check in di Path.Kami pengen ke Alun-alun Solo tapi di antara kami gak ada yang tahu tempatnya dimana. Syukurnya kita hidup di zaman teknologi serba canggih, di saat seperti ini ada GPS yang membantu. Harusnya sih membantu, tapi nyatanya malah kesasar. Tengah malam, di kota orang, gak tahu mau kemana. Akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sejenak di Angkringan yang kebetulan ada di pinggir jalan. Petrus juga perlu mengisi tenaga karena dia sudah menyetir cukup jauh & lama.


Pukul 03.00 kami dengan kesadaran yang masih belum full, melanjutkan perjalanan ke Pantai Parangtritis dengan harapan bisa melihat sunrise. Jalanan yang sepi dan Petrus yang mengemudi mobil dengan kecepatan 80-100km/jam membuat kami sampai di Parangtritis tepat pukul 04.30. Bulan masih di atas kepala kami. Ya, kami kepagian. Angin pantai benar-benar membuat kami kedinginan, karena pengaruh belum mandi juga sih. Kami menunggu dengan sabar namun beberapa orang kembali terlelap sambil meringkuk di dalam mobil. Sekitar pukul 05.30, mulai terlihat semburat oranye dari sebelah timur pantai. Aku, Cindy, Brando dan Irene (yang lain tidur di mobil) berjalan menuju Pantai dan tersenyum lebar.. Pantai di pagi hari benar-benar indah. Perpaduan langit warna oranye, biru dan putih menambah keindahan pagi itu. Air hangat membasahi kami namun kami tidak peduli. Perjalanan kami berjalan dengan lancar dan menyenangkan. Parangtritis menjadi saksi bahwa itu kali pertama aku mengalami liburan yang se-aneh ini. Gak mandi, kurang tidur, berkendara di tengah malam dan bersama-sama mereka (Cindy,Petrus,Miduk,Brando,Irene,Anas & Tria) selama 24 jam full. Rasanya aneh tapi jujur, aku menyukainya.