Pages

Rabu, 01 September 2010

jadi apa yang ku inginkan. part2

sebelumnya, Bella dan Dean sudah menghabiskan satu malam berdua. Dan tanpa mereka sadari ada suatu perasaan yang tumbuh di dalam satu hati. Perasaan yang seharusnya tidak boleh mereka rasakan, karena sesuatu di masa lalu. Hal yang tidak mereka sadari dan yang hal yang selalu menghantui keduanya.

"Pagi Om, pagi Bel."
Aku shock melihat siapa orang yang masuk bersama Bi Iyem, ternyata itu Dean. Sungguh sangat mengejutkan bagiku karena melihat dia datang pagi-pagi ke rumahku padahal 4jam yang lalu kami baru saja mengucapkan salam perpisahan. Dan aku gak bisa bohong kalau ternyata aku kangen sama dia. Aku kangen sama Dean.
"Dean? Ngapain pagi-pagi kesini?" Tanyaku. Mungkin ini pertanyaan bodoh, tapi mungkin karena saking shock nya aku sampai ga bisa berfikir dulu sebelum bertanya. "Hai Dean,tumben nih pagi-pagi udah datang. Pasti kangen sama Bella kan? Udah sarapan? Sarapan bareng aja yuk." Papa mulai menunjukkan jurus bawelnya. Kalian tau gak? Papa ini lebih bawel di banding Mama, Papa orangnya care banget dan perhatian banget. Mungkin karena kejadian di masa lalu yang buat Papa kayak gini.
"Papa nyuruh Dean kesini Om, katanya sih supaya berangkat bareng Bella." Jawab Dean dan shock ku bertambah, shock melihat Dean datang kerumah pagi-pagi yang belum hilang sekarang bertambah karena shock mendengar kalau Dean ngajak aku berangkat ke sekolah bareng, ada apa ini?
"Ohya? Bagus dong. Kebetulan Om harus berangkat cepat karena ada rapat, jadi kamu sama Dean aja ya sayang, Papa harus pergi sekarang. Oke bye." Kata Papa cepat dan beranjak dari tempat duduknya dan mencium pipiku. "Titip Bella ya Dean." sambung Papa seraya mengambil tas kantornya yang tergeletak di sofa. "Tapi pa.."
"Papa berangkat ya, daaah." Belum siap aku mengatakan apa yang hendak aku katakan Papa sudah memotongnya duluan. Jujur aku belum siap kalau harus berangkat bareng Dean. Untuk membayangkannya saja jantungku rasanya sudah mau copot keluar, aku gak tau apa yang akan terjadi nanti. Sekarang di meja makan cuma ada kami ber-2, hening.

"Roti nya dimakan dong, jangan di pandangi terus." Kata Dean yang sejak tadi mungkin melihatku tidak melakukan apa-apa, hanya diam dan memandang roti bakar yang baru ku gigit sedikit. "Heh?" Aku menoleh dan melihat Dean tersenyum. Mungkin dia tersenyum karena melihat muka bingungku. Yaa, aku emang paling sering diam dan memasang muka bodoh kalau aku merasakan sesuatu yang salah.
"Di makan itu rotinya, kasian kalau di pandang mulu." Katanya lagi. Aku tersenyum dan menggigit roti bakar tadi. "Kamu udah makan?" Tanyaku. Kentara sekali aku menutupi rasa deg-degan yang menyelimuti diriku.
"Udah kok, tinggal nungguin kamu selesain makan aja. Baru kita berangkat deh." Katanya lagi.
"Hm, udah selesai. Yuk berangkat." Kataku sambil meneguk susu coklat yang sisa setengah. Dean tersenyum dan bangkit dari tempat duduk.
Setelah memakai sepasang sepatu akupun keluar dan mendapati Dean sedang duduk di kursi depan rumahku sambil memegang Hpnya. "Yuk berangkat, ntar telat." Kataku sambil menunduk untuk merapikan rokku. Dean berdiri dan mendekatiku, mengangkat kepalaku yang menunduk dan menatapku lekat-lekat. "Dasar kamu." Katanya, lalu sebelah tangannya yang bebas mengusap bibirku, aku speechless atau takut atau bingung atau.. Ahh, semua rasa itu bercampur aduk dalam hatiku. "Ngapain buru-buru sih tadi? Tuh bibir jadi punya kumis kan." Katanya melepaskan pegangan tangannya di kepalaku spontan aku langsung mengusap-usap bibirku, sekarang aku tau perasaan apa yang aku alami. MALU! Aku malu banget harus ngalami kejadian kayak gini pagi-pagi, dan lebih parahnya di depan Dean!! Ergh. Wajahku sudah memerah dan aku hanya menunduk, ingin rasanya berlari atau di telan bumi saat itu juga. Kalau aku jadi Dean mungkin aku bakalan ilfeel sama Bella, mungkin itu juga yang di rasakan Dean sekarang. Hey! Aku ngebayangin apasih? Jujur, ntah kenapa aku merasa bersalah gitu kalau sampai aku punya pikiran kalau ternyata aku naksir sama Dean. Apa ada hubunganya dengan kejadian 2tahun lalu? Ahh, gak mungkin! Dean gak mungkin...

"Siap berangkat non?" Tanya Dean membuyarkan lamunanku dari pikiran yang dapat menguras waktu dan tenaga. "Hah? Udah kok,haha. Kok pake non segala?" Tanyaku sambil sedikit tertawa. "Biar lebih sopan gitu,haha. Udah ah, ntar telat loh." Kata Dean dan aku pun mengikutinya dari belakang ketika menuju mobil jazz hitam di halaman depan rumahku.
Dia membukakan pintu mobilnya sebelah kanan sehingga aku bisa masuk duluan. Suasana di dalam mobil itu terasa sangat familiar, wangi aroma therapy lavender yang lembut seakan memaksa otakku mengingat bahwa tampaknya aku pernah berada disini, tapi kapan?
"Siap berangkat?" Tanya Dean. Aku tidak menyadari kalau ternyata dia sekarang sudah duduk di balik kemudi dan memasang seatbelt. Aku memasang seatbelt juga "Berangkat!!" Teriakku dan mobil jazz itu meluncur cepat meninggalkan halaman rumahku.
Aku kembali bengong, semua ini seperti puzzle. Aku tau aku sepertinya pernah berada di mobil ini tapi kapan? Itu masalahnya, kapan? Aku aja baru kenal Dean semalam, gak mungkin kalau aku bisa merasakan kalau aku pernah ada disini, itu sangat gak mungkin. "Kamu kok bengong terus sih? Ada apa? Ada masalah?" Tanya Dean perhatian, aku hanya tersenyum sedikit dan menggeleng "Aku gak apa-apa kok, cuma terkejut aja ngeliat kamu tadi pagi dateng ke rumah." Jawabku bohong berusaha mencari bahan pembicaraan lain.
"Haha, kok masih di pikirin sampai sekarang?"
"Ya iyalah, kok bisa-bisanya gitu kamu berani ngajak aku berangkat sekolah bareng, kita baru saling kenal semalam loh Dean."
"Papa sama Om Mike yang ngatur gini, aku gak tau tujuannya buat apa. Tapi aku ngikut aja sih."
"Maksudnya?" Tanyaku tak mengerti.
"Maksud aku, Papa aku sama Papa kamu yang ngatur ini, aku semalam di suruh buat ke rumah kamu pagi-pagi karena katanya Papa kamu ada rapat pagi dan kamu gak ada yang ngantar..." "Papa gak ada rapat tuh, bohong aja." Potongku sebelum Dean menyelesaikan kalimatnya. Dean menatapku dan tersenyum "Aku tau Bella. Tapi aku seneng kok bisa ke sekolah bareng kamu, tiap hari juga gak apa." Katanya dengan senyumnya yang sungguh sangat menawan itu.
"Dasar gombal kamu." Jawabku sambil mencubit pelan lengannya.

"Kita masuk 20 menit lagi." Kata Dean ketika kami sampai di sekolah, murid-murid sudah banyak yang datang dan parkiran mobil juga sudah terisi setengah.
"Aku mau langsung ke kelas deh, ada yang mau aku tanya sama temen, duluan ya." Kataku cepat sambil buru-buru melepas seatbelt dan memasukkan kaca dan sisir yang baru ku keluarkan kedalam tas lagi. Ketika aku akan membuka pintu, tiba-tiba Dean menahan lenganku "Bel, tunggu." Katanya dari bangku kemudi. Aku emang udah deg-degan lagi,tapi aku akan berusaha menutupinya. "Ya?" Jawabku sambil memutar tubuh sehingga aku dan dia berhadapan sekarang. Aku menatap matanya yang menenangkan itu, aku memandang wajahnya dari jarak sedekat ini dan wajahnya sama sekali tidak ada cacatnya. Hitam manis tanpa jerawat. Ketika asik memandangi wajahnya dia mendekat, mendekat dan tinggal beberapa centi lagi antara wajahku dengan wajahnya. Aku memasang muka ketakutan pasti dengan kedua mata di tutup dengan paksa. Nafas Dean sudah terasa di kulit wajahku, apa yang akan terjadi ini? Apa yang akan di lakukan Dean padaku?
"Aku gak akan merebut first kiss kamu kalau kamu emang gakk mau, baik-baik belajar ya." Katanya akhirnya lalu mengacak poniku. Kelegaan menjuluri seluruh tubuhku, lega sekali rasanya.
Dean keluar dari mobil dan aku juga. Ketika berada di parkiran sekolah itu ada beberapa anak-anak cewek yang mungkin kakak kelas memandangi aku dengan pandangan melecehkan. "Jalan bareng yuk." Ajak Dean dan aku hanya mengangguk tanpa berpikir dahulu. Aku dan Dean berjalan kesekolah dengan kagok. "Tadi emang kamu mau ngapain sih?" Tanyaku spontan ketika kami melewati kantor tata usaha.
"Yang mana?" Jawabnya.
"Yang tadi di mobil."
"Ooh, cuma mau bilang belajar yang baik kok. Ohya,ntar pulang sekolah bareng lagi ya."
"Okedeh." Aku mengangguk.
"Kalau gitu aku duluan ya, daaah Bella." Katanya berbelok kearah kanan sedangkan aku berjalan lurus terus sampe mentok. Aku tersenyum dan melihat dia berjalan dari belakang, dia cool dan cakep. 'Betapa beruntungnya aku bisa dekat dengannya'. Batinku.

Tanpa ku sadari, 3orang cewek dengan muka keji dan memuakkan memandang Bella dengan pandangan angkuh. Mungkin Bella gak menyadari kalau dia gak bakalan bisa tenang di sekolah ini karena dekat sama Dean dan membuat mereka sirik.

to be continued*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar