Pages

Minggu, 05 September 2010

jadi apa yang ku inginkan. part3

Bella dan Dean semakin dekat karena rencana Papa mereka. Mereka berangkat bareng ke sekolah dan ada sedikit adegan romantis di dalam mobil Dean. Dalam lubuk hati Bella dan Dean, mereka merasa sangat senang. Tapi, ada sedikit kejanggalan dalam hati mereka juga yang mereka tidak tahu apa, sesuatu yang berhubungan dengan kejadian 2tahun lalu.. Belum lagi tatapan benci dari 3 cewek yang melihat Dean bersama Bella. Apa yang akan terjadi pada hubungan mereka?

Aku berjalan cepat setelah melihat Dean menjauh. Kelasku berada di lantai 3, yaa cukup jauh. Tapi,untungnya ada elevator yang bisa mempersingkat waktuku untuk sampai di kelas. Mengapa aku terburu-buru? Karena aku udah gak sabar pengen cerita ke HEAAR tentang kejadian yang aku alami, tentang pertemuan ku dengan Dean.
HEAAR itu nama gank kami. 5 cewek remaja yang polos dan memiliki problema kehidupan masing-masing. Hanna,Elisabeth,Angela,Anette dan Rachel adalah HEAAR.

Sampai di pintu kelas, aku melihat di sudut kiri dekat jendela sudah duduk Hanna,Elisabeth,Angela dan Rachel. Mereka tampaknya sedang mencoba menenangkan Sabeth. Apa yang terjadi pada Sabeth? Kenapa tampangnya sangat menyedihkan? Muka Sabeth terlihat capek dan di bawah matanya ada kantung mata hitam. Mungkin Sabeth sedang ada masalah dan dia semalam menangis. Capek dengan pertanyaan yang bergulir di otakku dan kesimpulan yang aku buat sendiri aku melangkah masuk ke kelas dan langsung bergabung dengan mereka.
"Sabeth kenapa?" Mereka tidak menyadari aku datang, sehingga ketika aku bicara tadi, semua kepala mereka langsung menoleh ke arahku. "Eh Bel, baru nyampe ya?" Tanya Angel. Aku mengangguk "Sabeth kenapa?" Tanyaku lagi sambil memegang bahunya mencoba memberikan kekuatan walaupun aku belum tau apa masalah yang membuat Sabeth seperti ini.
Sabeth tidak menjawab pertanyaanku, dia malah menutup kedua mukanya dengan telapan tangan dan bahunya naik-turun. Terdengar suara isakan pelan, ternyata Sabeth menangis! Kami semua saling pandang, kami tidak tahu harus berbuat apa sekarang, gak ada gunanya membujuk Sabeth untuk tidak menangis. Mungkin masalah yang di hadapinya cukup berat, kami hanya bisa membelai lembut kepalanya dan memberikan tissue. Sepertinya itu sangat membantu.

"A..aku masih sa..sayang sama dia.. Tap..tapi dia jahat." Kata Sabeth sambil menangis, aku prihatin melihatnya. Aku paling gak suka melihat salah satu sahabatku tersiksa seperti ini. Tapi,aku masih belum mengerti apa masalah yang menimpa Sabeth, apa ini ada hubungannya dengan Joji pacar Sabeth? Spontan,aku memeluk Sabeth. Mencoba dapat merasakan sedih yang di rasakannya juga.
"Sabeth tenang ya? Sabeth kenapa sama Joji?" Tanyaku lembut. Sabeth masih terisak dalam pelukanku, mungkin dia belum sanggup untuk bicara. "Yaudah, ntar Rachel aja yang ceritain. Tapi Sabeth udahan ya nangisnya." Kataku. "Iya sayang, udah ya." Sambung Hanna. Kami berusaha semampunya membuat Sabeth tida menangis, mungkin untuk sementara. Rachel megusap pelan pipi Sabeth menghilagkan bekas air mata dari wajahnya yang putih dan Angel memberikan air minum supaya Sabeth lebih tenang. Itulah gunanya sahabat kan? Selalu ada untuk saling membantu.

Gak lama setelah itu bel masuk berbunyi, sekarang waktunya belajar dan kami berjalan ke tempat duduk masing-masing. Kebetulan aku dan Rachel sebangku, jadi untuk tahu masalah Sabeth gampang, tinggal tanya sama Rachel aja.
Tujuan utama aku untuk cerita tentang Dean ke HEAAR tampaknya harus di undur dulu. Ini bukan saatnya aku harus cerita tentang kehappy-an aku sedangkan sahabat aku sedang sedih, jadi kuputuskan untuk bercerita setelah masalah Sabeth selesai.
"Hel, Sabeth kenapa sih?" Tanyaku ketika Bu.Margareth mulai mengoceh mengenai Konfigurasi Elektron. Tempat duduk kami di sudut agak belakang dan di samping jendela. Jendela yang langsung menghadap ke lapangan basket, tempat yang sangat strategis.
"Dia putus sama Joji." Jawab Rachel sedih. Aku shock, bagaimana bisa Sabeth putus degan Joji? Bukannya Joji sayang banget sama Sabeth? Bahkan dulu si Joji yang ngejar-ngejar Sabeth. Tapi kok jadi seperti ini?
"Loh? Kok bisa?"
"Ya bisalah, ada orang ketiga." Jawab Rachel sambil membuka buku Kimia di hadapannya.
"Siapa? Dia lagi?" Tanyaku. Dan ketika Rachel mengangguk aku mendesah nafas berat..
'Kenapa harus selalu ada dia di setiap masalah HEAAR?' Batinku.

"Bella!! Coba kerjaan Konfigurasi Elektron dari 11Na.." Kata Bu Margareth dari depan kelas membuatku terekejut. Aku maju ke depan dan menjawab soal tersebut sehingga mendapat nilai plus untuk kimia.

Istirahat kali ini, kami ber-5 memutuskan untuk tidak ke kantin. Kami mau mencoba menenangkan Sabeth dulu. Kasian dia, keadaanya semakin buruk. Bukannya memperhatikan guru di depan dia malah melamun dan menerawang, tatapannya kosong. Mungkin karena dia sayang banget sama Joji, sehingga ketika putus Sabeth down. Tapi itu semua gak akan terjadi kalau gak ada dia! Perusak!
"Coba Sabeth ceritain gimana awal masalahnya." Kata Angel lembut, mencoba tidak membuat Sabeth menangis mengingat hal yang membuatnya separah ini sekarang. Sabeth menarik nafas dan mulai bicara.. "Kemarin, 2 hari yang lalu. Aku sama Joji lagi di kantin bicara, terus aku ngeliat dia! Dia lagi di dekat kantin dengan 2orang antek-anteknya memandangiku. Mungkin dia gak suka samaku. Gak lama ,Joji pamit pulang dan berjalan pulang melewati mereka..." Sabeth menarik nafas, lalu melanjutkan. "Dia menyapa Joji dan Joji
membalas senyumannya. Sedikit perbincangan antara mereka, gak lama kemudian dia dan Joji berjalan bareng ke luar sekolah. Kata temen yang ada di parkiran mereka pulang bareng.." Air mata mulai bergulir dari mata Sabeth yang bening. "Joji jahat, dia gak mikirin gimana perasaan aku pas dia sms kalau dia mau fokus belajar dulu jadi minta putus, padahal jelas-jelas dia mau fokus pdkt sama cewek genit itu!" Tangis Sabeth memecah. Hanna yang lebih dekat dengan Sabeth langsung memeluknya dengan erat sedangkan aku,Rachel dan Angel hanya bisa membelai lembut kepala dan bahunya. Seakan bisa memberikan sedikit kekuatan yang kami punya untuk sekedar membuat Sabeth tersenyum dan sejenak melupakan masalahnya. Acara tangis-tangisan itu sedikit terganggu karena ada seseorang di dekat pintu yang memanggilku. "Bella!" Aku menoleh dan langsung mendapati senyum Dean yang khas. "Dean?" Kataku pelan sambil membalas senyumnya. Aku turun dari bangku dan hendak menghampirinya tapi sebelumnya aku melihat Hanna,Sabeth,Rachel dan Angel memandangku heran. Pasti mereka heran kenapa aku punya kenalan cowok tapi tidak menceritakannya kepada mereka, dan mungkin mereka pasti kesal samaku karena mereka mengira aku tertutup pada mereka. Tapi tenang aja, aku akan cerita kok sama kalian tapi setelah aku bertemu sama Dean dulu.

"Hey, ngapain ke sini?" Tanyaku. Ternyata Dean bersama teman-temannya, sekitar 5 orang. "Kangen doang,haha." Jawabnya asal. "Cieeeeee." Teriak kawan-kawannya. Muka ku memerah. Apa itu tujuan Dean mengajak kawan-kawannya? Untuk membuatku malu dan mukaku berubah warna? Ingin rasanya aku mencubit Dean saat itu juga. "Haha, muka kamu merah." Katanya sambil menjawil hidungku, mukaku semakin merah. Tetapi kemudian aku melihat dia-cewek itu- sedang menatapku keji, dia berdiri di sudut tangga dengan kedua antek-antek
nya dan memandangku benci,tatapan matanya menjijikkan. Mengapa aku harus selalu berhubungan dengan dia?
Aku jijik dengan sifatnya itu, bahkan HEAAR pun demikian. Ergh! Apa maunya sebenarnya?

to be continued*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar