Pages

Rabu, 23 Juni 2010

perjanjian terakhir

memulai membuat cerpen lagi,haha tapi
kali ini saya mencoba mencampur adukkan romantis dengan kesedihan, saya
ingin membuat perasaan kalian yang baca ini tercabik-cabik dan tidak
menentu. hahaha *senyum setan* semoga suka yah :)

agak monoton kalau cerpen aku romance semua, mau buat sensasi.haha :D langsung aja yah, ini ceritanyaa...

Aku berjalan di tengah mall mencari pintu keluar karena pekerjaan ku sudah selesai, aku memegang bungkusan kue ulang tahun yang baru aku beli
untuk saudara ku tercinta MARIO STEVANO ADITYA HALING. aku berjalan
terburu-buru karena supirku sudah mulai ngoceh karena kelamaan. Aku
berjalan cepat tanpa melirik sana-sini mataku hanya tertuju pada satu
titik yaitu pintu keluar yang tinggal beberapa meter di depanku.
Tiba-tiba...

BUKK...

Seorang cowok menabrakku sehingga membuat bungkusan kue ulang tahun terlepas dari tanganku dan terbanting
ke lantai, tutupnya terbuka dan kelihatan isinya yang sudah berantakan
dan tidak berbentuk lingkaran lagi. Tampaknya si cowok merasa bersalah,
dia berusaha merapikan kue itu menutup tutup kuenya dan memberikan nya
kepadaku. "maaf yah, ga sengaja." jawabnya takut-takut.
"maaf maaf,emangnya lo kira maaf bisa buat kue gue utuh lagi? hah? makanya
jalan pake mata dong!" teriakku, aku emang emosi banget di sini. hpku
berbunyi dan aku mengangkatnya "iya udah di depan!!" jawabku. supirku
yang mengesalkan itu yang menelepon. Aku langsung meninggalkan tempat
kejadian sambil mengarahkan kepalan tangan ke arah cowok tadi. "awas
lo!" kataku.

Sesampainya di rumah aku merutuki nasib. "gimana ini? aku kan mau ngasi surprise ke Rio, eh malah kuenya rusak gara-gara
cowok sialan tadi. siapa sih dia? nyebelin banget sih. muka sok suci
nya tadi buat gue gerem. lumayan cakep sih tapi gue udah ilfeel duluan
sama dia karena dia udah ngerusakin surprise aku. grr. apa lagi ini?"
menyadari hpku berbunyi, ternyata Rio menelepon.

"apa?" tanyaku ketika mengangkatnya.
"lo kok sebel sih Nov? kenapa lo?"
"gu lagi sebel banget sama orang."
"siapa?"
"ahh, lo ga bakal kenal juga. pokoknya dia nyebelin banget."
"haha, yaudah deh."
"lo ngapain nelfon?"
"gue cuma mau bilang makasi kuenya udah nyampe."
"hah?kue apa?" tanyaku bingun. Kue? kue apa? aku bahkan mau bilang kalau aku gabisa ngasi dia kue ultah. wooo, salah teknis nih.
"kue ultah buat gue, udah sampe nih.enak banget beli dimana?" Aku diam karena gatau mau bilang apa, aku belum ngerti. "lo bisa datang kesini gak? gue mau ngenalin sahabat gue ke lo." sambung Rio sebelum aku sempat menjawab pertanyaannya tadi.
"iya,tunggu gue." jawabku singkat lalu mematikan sambungan telepon.

Kue? kan tadi kue yang aku mau kasi ke Rio udah rusak gara-gara cowok sialan itu, tapi kenapa Rio tiba-tiba bilang kue nya udah sampai? sungguh
keajaiban dunia. Aku keluar rumah dan berjalan sedikit sampailah aku di
depan rumah Rio. Aku dan Rio tetanggan sahabatan saudaraan pokoknya
semualahh, itulah yang buat aku deket bangeeeeeet sama Rio.
Ga ada privasi di antara kami berdua, kami sama-sama saling terbuka. Rio yang
paling bisa ngertiin keras kepala nya aku. Rio sering cerita tentang
sahabatnya yang baru pindah rumah ke komplek ini, jadi Rio mau ngenalin
gitu. katanya sih mereka sahabatan udah sejak TK tapi aku belum pernah
ketemu sama sahabat Rio itu. aneh kan? haha. hidupku emang aneh.

"Rio gue datang." kataku sambil masuk kerumah Rio dan di sambut oleh Tante Manda adiknya papaku.
"eh Nova,Rio nya lagi di kamar tuh sayang. sama temennya juga, datengin
aja." kata Tante Manda sambil mencium pipi ku. "oke Tanteku
sayangg,haha." godaku sambil berjalan ke arah kamar Rio.
"Rio gue..." sebelum aku sempat melanjutkan kata-kata ku aku udah shock
duluan,cowok yang tadi nabrak aku di mall sekarang duduk di hadapan Rio
sambil ngemil dan tertawa bersama. "lo!" kata ku masuk sambil menunjuk
cowok itu. "ngapain lo disini?" tanyaku lagi membuat Rio terkejut.
"eh,lo kenapa sih Nov?" tanya Rio sambil memukul-mukul bahuku.
"dia yang nabrak gue tadi di mall. dia yang buat kue buat lo rusak."
jawabku. dari mukanya keliatan sekali kalau Rio tidak mengerti. "udah
mendingan lo duduk dulu,minum dulu, makan dulu, pulang dulu,mandi dulu,
ganti..." Rio memberhentikan lawakannya yang ga lucu itu karena aku
melotot padanya. "hm,duduk dulu biar kita clear kan masalah ini
secepatnya." sambung Rio.

Aku duduk dan meneguk air dingin bekas punya Rio setelah itu menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya
pelan-pelan melalui mulut. dan akupun mulai angkat bicara.

"jadi Rio. tadi gue ke mall mau beliin lo kue ultah mau ngasi surprise, terus
tiba-tiba gue di tabrak sama dia..." tanganku menunjuk muka cowok itu
"kue yang gue beli rusak dan gue tinggalin. cowok ini yang gue bilang
nyebelin Rio. ngapain dia ada disini?" tanyaku.
"hahahaha. kenalan dulu dong ini Alvin.. Alvin,ini Nova. Alvin ini sahabat yang sering gue
ceritain itu dan Alvin, ini Nova sepupu gue yang cerewetnya setengah
mampus." kata Rio sambil mengacak-acak rambutku. Alvin hanya tersenyum.
"jadi kue ini yang ngirim siapa?" tanya Rio penasaran. aku mengangkat bahu
dna ternyata Alvin angkat tangan. "gue yang ngirim,hehe." jawab Alvin
sambil cengir. Aku kaget.
"hah?apa?gimana?..ngg.." tanyaku sambil menunjuk-nunjuk kue dan Alvin dengan bodohnya.
"hehe, gue ngerasa bersalah sama lo Nov,gue liat kartu ucapannya ternyata buat
Rio yaudah gue beli lagi kue tadi persis atas nama lo. permintaan maaf
gue." jawab Alvin polos. Rio tertawa. Aku terbelalak. Rio sangat pandai
membuat suasana mencair, badmood ku hilang tapi tetap aja aku udah
ilfeel sama yang namanya Alvin aku udah kesal sama dia sehingga aku
kadang jutek sama dia. Rio maklum karena Rio tau aku orang yang
berkomitmen.

"jadi kalian sepupuan? kok bisa sebaya?" tanya Alvin. di sela-sela tawa mereka, aku sama sekali gatau apa yang mereka
ketawai. Aku hanya fokus pada layar laptopnya Rio.
"iyah,tapi lebih tua gue..." jawab Rio sambil tertawa ada nada bangga dalam suaranya "2
minggu doang kok." jawabku memotong omongan Rio.
"kami brojolnya cuma beda 2 minggu, makanya kami deket dan kompak banget." sambung Rio
dan aku mengangguk-angguk. Pertemuan dengan cowok sialan yang menabrak
ku tadi siang sudah menghilangkan sedikit dari kekesalan ku hari itu,
di tambah lagi aku di traktir Rio makan eskrim di cafe biasa,yahh
walapun Alvin ikut demi eskrim aku gak akan melewatkannya.

Esok harinya di sekolah aku mendapati Alvin dan Rio sedang duduk di bawah
pohon rindang di sekolah kami. Karena ada Alvin aku pura-pura tidak
melihat,tapi...

"NOVA!!" teriak Rio. Aku menoleh dan dia memanggilku menyuruhku gabung dengan mereka.
"apaan?" tanyaku malas sambil menghampiri mereka. Alvin senyum kepadaku tapi ku acuhkan.
"pagi-pagi uda di tekuk aja tuh muka."goda Rio.
"terserah gue dong, muka-muka gue gini. urusan sama lo apa?" jawabku ketus.
mungkin cowok yang baru kenal sama aku bakal terkejut ngeliat sikap aku
yang judes bin jutek ini tapi Rio enggak. Seperti yang aku bilang Rio
cowok yang paling ngertiin aku, dia tau gimana menghadapi aku kalau aku
jutek ataupun lagi badmood, makanya itu aku sayaaaaang banget sama Rio.
"yah gak ada sih tapi gue mau ngasi hadiah nih buat lo tapi senyum dong." kata Rio sambil tersenyum menggodaku.
"apaan sih?"
"senyumm..."
"emang hadiahnya apa?" tanyaku penasaran.
"ini nih.." kata Rio sambil mengambil coklat silver queen dari kantongnya.
"hoaaaa RIO!! MAUUU!!" teriakku sambil mengambil coklat dari tangan Rio tapi coklatnya di tahan sama Rio.
"senyum dulu dong." katanya. coklat adalah makanan kesukaanku, aku paling
gabisa nolak coklat akhirnya aku memberikan Rio sebuah senyuman yang
manis dan senyuman ini tanpa paksaan loh. Setelah coklat itu berada di
tanganku, badmood ku hilangg seketika, hilang di telan bumi. Aku
seakan-akan lupa kalau aku benci sama Alvin karena aku tiba-tiba
mengatakan "pagi Alvin..." sambil tersenyum dan meninggalkan mereka.

Aku sama Rio emang ga sekelas, aku di 7a dia di 7b tapi seluruh sekolah tau
kalau kita sepupuan jadi fans-fans nya Rio selalu menitipkan hadiah
mereka kepadaku. aku senang tapi kadang risih juga. hahaha
Pada saat istirahat aku ke kelas Rio, bekal ku hari ini kue sus. Rio paling suka
sama kue sus buatanku, jadilah sekarang aku mau berbagi dengannya.
"Rio nih kue sus." kataku ketika sampai di meja Rio. ternyata Rio sebangku
sama Alvin dan Alvin juga ada disitu,namun coklat tadi udah buat
kekesalan aku samanya berkurang setengah lagi.
"waaaa,buatan lo?" tanya nya.
"kalo bukan buatan gue mana mau lo makan,haha." kataku PD.
"jiahh, pd banget lo. tapi emang iya kok.haha. Vin mau? lo mesti coba buatan
Nova enaaaaaaaak banget." kata Rio sambil menyodorkan kotak bekalku
kepada Alvin. Aku diam, ga mungkin aku tiba-tiba berubah jadi anak yang
baik jadi aku biarkan Rio yang menyodorkannya ke Alvin. oke penyakit
gengsi ku udah stadium 4. Alvin mengambil kue sus nya dan memakannya.
"gue setuju sama lo yo,enak bangett." kata Alvin sambil tersenyum padaku.
gatau kenapa ada sedikit kesenangan ketika Alvin memujiku ditambah lagi
aku mulai deg-degan. Aku membalas senyuman Alvin untuk pertama kalinya.
"muka lo merah Nov.hahahaa." kata Rio. Aku baru menyadari ternyata muka ku
panas. Aku malu karena aku tau Rio pasti udah ngerti kenapa aku kayak
gini.
"waah uda mau bel aku balik dulu yah." kataku sambil beranjak dari bangku yang ku duduki tadi.
"bekal lo?" tanya Rio.
"habisin aja." kataku sambil berlari. Aku udah malu banget, kenapa muka aku
mesti merah di depan Alvin? Rio pasti bakal ngeledek aku nih karena
tadi dia udah senyum-senyum sendiri. argh!

Hari-hari kulewati bertiga dengan Rio dan Alvin. sekarang Alvin udah sering ngumpul bareng
kami. Alvin juga udah tau tempat aku dan Rio sering curhat-curhatan.
yup, TAMAN KOMPLEK kebetulan rumah Alvin masih satu blok dengan rumah
kami jadi buat ngumpul gampang. apalagi TAMAN KOMPLEK persis di depan
rumah aku. haha

Besok adalah hari ulang tahunku udah tepat 2minggu setelah ulang tahun Rio. Rio selalu ngasi surprise buat aku,
dia selalu ngasi hadiah yang tak terduga. aku penasaran banget tahun
ini Rio bakal ngasi apa. aku berjalan sendiri melewati parkiran sekolah
karena aku lagi pengen jalan dan menolak ajakan Rio untuk di bonceng.

"aaah, Alvin kok bisa jatuh sih?" aku mendengar suara Rio yang merintih kesakitan.
"aduduhh, maaf deh. kaki gue juga sakit." dan sekarang suara Alvin. Apa ini? aku
menoleh dan mendapati Rio dan Alvin jatuh di aspal dekat parkiran
sepeda. Kaki Alvin dan Rio luka.
"yatuhaaaaan, kalian kenapa sih kok bisa jatuh?" tanyaku sambil membantu mereka berdiri. Setelah mereka
duduk di bangku yang ada disitu, aku mengambil tissue dari dalam tas,
membasahinya dengan air minum yang ku bawa dan membersihkan luka di
kaki Rio. sedangkan Alvin? aku hanya memberinya tissue. yah,aku tau aku
emang kejam kali ini kepada Alvin, tapi yang aku khawatirkan saat ini
Rio. kalau jujur, aku juga kasian liat Alvin membersihkan lukanya
sendiri, aku pengen ngebantu tapi GENGSI yang ga bisa ku tahan ini
menahanku melakukan itu. Sehingga aku hanya bisa menggigit bibir
bawahku.

Esoknya ketika aku masuk ke kelas, kelas malah sepi gak ada orang sama sekali aku masuk dan duduk sambil meratapi nasib. hari
ini hari ulang tahunku namun Rio belom ada ngucapin apa-apa. Tiba-tiba
cowok yang gak kuduga datang dan duduk di depanku tapi badannya ke
arahku. dia Alvin.

"happy birthday Nova." katanya sambil memberikan hadiah petak yang berukuran sedang namun padat,ohya plus
senyumnya yang menawan. Aku gatau muka aku sekarang merah atau tidak
yang pasti sudah mulai terasa panas.
"thanks." jawabku sambil memberinya senyuman yang tulus yang dari hatiku paling dalam,kali ini
aku mengacuhkan yang namanya GENGSI. "apaan nih?" tanyaku sambil
memegang hadiah dari Alvin. "buka aja,semoga suka yah." katanya. Aku
mengangguk dan membukanya ternyata coklat cadburry! coklat?! yaaa,itu
kesukaanku apalagi cadburry. GOD! "yatuhan Alvin makasih banget yah,
aku paling suka sama ini." kataku sambil tertawa kecil. Alvin tersenyum
lega "bagus deh,abisin yah." katanya. Aku tertawa dan aku lega sekali
seperti ini, ini yang aku inginkan bukan berpura-pura jutek ataupun
judes di depan Alvin. aku ingin sekali menganggap Alvin seperti Rio,
karena sepertinya Alvin tulus dan sabar dengan sikap ku selama ini ke
dia. penambahan nilai buat Alvin.

"helooooo, acara potong kue belom mulai kan?" Rio tiba-tiba datang ke kelasku dan membuatku
tertawa. "udah dari tadi, lo kelamaan." jawabku iseng.
"yah, masa makan kuenya berdua doang? jahat ahh." kata Rio lagi. Aku dan Alvin
tertawa dan yang pasti muka ku semakin panas. "mana hadiah lo?" aku
menagih hadiah pada Rio. Aku beranjak dari tempat duduk dan mendatangi
Rio sambil membuka tangan. "gak ada." kata Rio cuek. Aku melihat tangan
kanan Rio di dalam kantung celananya. "lah,yang di kantung lo itu apa?"
tanyaku. Rio tergelak dan tertawa, "ketauan deh." katanya sambil
mengeluarkan sebuah liontin bermata love yang di depannya terdapat nama
N O V A.
"ntar di bagian satunya lo buat nama cowok yang spesial yah." kata Rio lagi, matanya melirik ke arah Alvin. aku memandang Alvin
lalu memandang Rio lagi. "kalo gue mau buat nama Rio?" godaku.
"JANGAN! nama gue udah di liontin Keke. hahaha." jawab Rio sambil tertawa.
Mendengar nama Keke membuat kupingku panas, Rio dan Keke emang belom
jadian masih dalam proses pdkt tapi aku agak ga suka sama Keke, gatau
kenapa.
"nih pake." kata Rio sambil memberikan liontinnya kepadaku aku menerimanya. Aku berusaha memakainya tapi gabisa, aku paling gabisa
masang liontin ataupun kalung sendiri, harus ada yang bantu. Rio tau
itu tapi dia pura-pura sibuk dengan hp nya. jadilah aku yang kesulitan
sendiri. Tiba-tiba Alvin memegang tanganku yang sedang memasang liontin
di belakang kepalaku dan dia membantunya memasang. Aku melihat Rio
melirik-lirik ke arah kami dan dia senyam-senyum sendiri. Kali ini aku
yakin mukaku udah semerah kepiting rebus. "udah siap."kata Alvin
melepaskan tangannya dari tanganku. Aku lega. "makasih yah." kataku dan
Alvin mengangguk serta memberikan senyuman.

udah hampir 5 bulan aku Rio dan Alvin sering jalan bareng. Aku dan Alvin juga udah semakin
dekat sekarang, Alvin jadi sering nelfon aku. kalau Rio lagi pdkt sama
Keke pasti Alvin ngajak aku jalan biar aku gak murung di rumah. Aku
mulai merasakan yang aneh dalam diriku, ada perasaan nyaman jika dekat
sama Alvin, perasaan yang beda perasaan ingin memilikinya. beda sama
perasaan ku sama Rio. kalau sama Rio aku cuma takut ga di perhatiin
tapi sama Alvin aku malah ingin memilikinya. Aku gatau apa ini. Aku ga
berani curhat sama Rio yahh,walaupun aku tau Rio pasti tau jalan keluar
nya. Tapi ntah kenapa, aku ga bisa.

"pokoknya kalo nanti dia udah baca surat ini lo harus nembak dia." kata Rio kepada Alvin. mereka
berdua sedang ada di halaman belakang sekolah, Aku tadi mengikuti
mereka karena curiga mereka gak mengajakku. dan sekarang aku bisa di
bilang menguping pembicaraan mereka.
"gue ga ykin yo." jawab Alvin
"lo harus yakin biar lo bisa dapetin dia, karena gue juga yakin dia juga
suka sama lo." Aku bingung. dia? siapa dia? cewek yang di suka Alvin?
"dan lo harus nembak dia di depan gue yah walaupun ntar gue
sembunyi-sembunyi." sambung Rio yang membuat aku semakin penasaran. Aku
melihat Alvin mengacungkan jempolnya sambil berkata "sip."

Ada sakit hati dalam dada ku, kenapa ketika aku mulai menyadari kalau aku
suka sama Alvin, Alvin bakal nembak cewek lain?apa dia ga tau gimana
perasaan aku?apa aku yang terlalu lama?apa Alvin uda benci sama aku
karena kejutekan ku?pikiranku campur aduk sehingga gak menyadari kalau
Alvin dan Rio akan segera meninggalkan tempat itu. Aku segera berlari
tapi sepertinya Rio melihatku dan dia memanggilku "NOVA!!" aku terus
berlari. singgah ke kelas untuk ngambil tas tapi terlambat. Rio dan
Alvin uda cegat aku di depan pintu.
"lo kok lari?" tanya Rio. aku menggeleng sambil menunduk, mataku perih.
"cerita Nov." kata Alvin lembut, aku menatapnya dan sekarang mereka mengetahui
kalau aku akan menangis. "kenapa?" tanya Alvin lagi dan menatapku lebih
dalam. "maaf." kataku. "aku gpp kok." sambungku dan tersenyum. Aku
gaboleh lemah di depan mereka, uda cukup Alvin benci samaku karena aku
jutek jangan sampai di makin memandang aku jelek karena aku cengeng.
TIDAK!
"yaudah,pulang bareng?" tanya Rio, aku mengangguk.
Kekesalan ku belum sembuh sampai disitu, pas jalan menuju parkiran sepeda aku
jalan jauh di depan mereka sambil menunduk, sedangkan Rio dan Alvin di
belakangku sambil rangkulan.
"yo, singgah ke warung depan yah." kata Alvin "gue haus." sambungnya.
"oke, kalian duluan aja, gue nyusul mau ngikat tali sepatu dulu nih." katanya
sambil mengikat tali sepatunya. "hati-hati mobilnya kenceng."
sambungnya. Memang di depan sekolah kami jalan besar,mobil yang lewat
pun kencang-kencang. Aku dan Alvin nyebrang hati-hati dan sampai di
warung depan dengan selamat. Ketika lagi menyerahkan uang tiba-tiba...

BRUUUM CIIITT BUPPPP...

Ada suara kecelakaan, aku shock. aku ga berani menoleh ke belakang takut
kalau yang kutakutkan terjadi namun Alvin udah menjawabnya "RIOOO!!!!"
katanya sambil berlari menuju lokasi tabrakan.
Rio tertidur lemas, kepala hidung bibir dan pelipisnya mengeluarkan darah, aku gabisa
membendung air mataku. Aku menangis di depan Rio. "Rio,lo harus
bertahan!lo harus tahan." kataku sambil memegang erat tangannya. Rio
juga mengeratkan pegangannya ke tanganku seolah meresap kekuatan ku.
dengan tangan satunya dia mengambil surat dari dalam kantung celananya.
"N..nov..l..lo..ha..harus..ba..baca..su..su..surat..i..ini" kata Rio. Air mata semakin membanjiri wajahku. Rio memberikan suratnya
kepadaku, aku menerimanya dan menangis. Dengan susah payah Rio
mengangkat sebelah tangannya untuk menghapus air mataku. "Rioo,jangan
tinggalin gue." kataku. Rio tersenyum dan menggeleng, setelah tangan
sebelahnya memegang tangan Alvin. Rio menutup matanya, sambil
tersenyum. tangan kirinya memegang tanganku dan tangan kanan nya
memegang tangan Alvin. "RIOOOOO!!!" teriakku sambil menangis.

ini semua berlalu cepat dalam ingatanku, aku ga percaya cowok yang aku
sayangi cowok yang ngertiin aku meninggalkan aku begitu saja. sakit
rasanya pasti, Aku jadi lebih sering diam dan melamun. belum bisa
menerima kenyataan pahit ini. Siapa lagi yang bakal dengerin aku
curhat? siapa lagi yang bakal traktirin aku eskrim? siapa lagi yang
bakal ngasi hadiah tak terduga kalau aku ultah? siapaaaa?

sekarang aku berada di samping makam Rio. Cowok yang paling sempurna di mataku,
aku menangis sambil memegang nisannya. "aku ga sanggup yo." kataku
sambil menangis. Aku di temani Alvin, kami ber-2 sama-sama terpukul.
Aku menyadari kalau aku belom membuka surat dari Rio kemaren. Aku
membukanya. Alvin tertegun.

haloo saudaraku yang paling cantik :p haha

Air mata mengalir deras di pipiku.

tumben kan gw ngasi lo surat,haha jangan salah sangka dulu
gw cma mau bilang kalau gw tau lo suka sama alvin. ngaku lo! hayooo :D haha
keliatan nov kalo lo suka sama dia, dan lo tau? dia juga suka sama lo
katanya sih dia mau nembak lo tuh, terima yah! awas kalo gak! gak gw traktir lag lo :p haha
gw tau kalian bakal jadi pasangan yang paling harmonis,haha
gw tunggu traktiran lo besok yah di kantin.

saudara lo yang paling baik RIO ;)

"RIOO!! gue kangen sama lo! gue gabisa tanpa lo!" teriakku sambil memegang nisan Rio.
"Nov, gue mau ngomong." kata Alvin. Aku mengangguk.
"gue sayang sama kamu Nov, kamu mau ga jadi cewek aku?" emang ga logis banget kan si Alvin nembak aku disaat aku lagi sedih gini di depan kuburan lagi. Seakan Alvin baca pikiran ku "maaf kalo aku nembak kamu di saat kayak gini, tapi kmaren Rio bilang kalau aku harus nembak kamu di depan dia Nov." kata Alvin menjawab pertanyaanku. "Aku tau,kmaren aku dengar." jawabku, mataku semakin perih membayangkan muka Rio kemarin buat air mataku makin mengalir. "ALVIN!" teriakku sambil berdiri dan memeluknya. erat, eraaaaaaaaaaat sekali. "aku belom bisa kehilangan Rio,Vin. aku belum puas menghabiskan waktu ku sama Rio. aku butuh dia Alvinn.." tangisku memecah dalam pelukan Alvin. "dan satu lagi, aku juga sayaaaaang banget sama kamu." lanjutku dan memeluknya semakin erat. rasanya sangat puas jika menangis dalam pelukan seorang.

Malamnya aku berusaha untuk tidur walaupun susah.

"gue mau jumpa sama kaliian berdua di taman biasa yah,ada yang mau gue omongin. gue tnggu sekarang!."

"ahhhh..." aku teriak dan terbangun dari tidurku, barusan aku mimpiin Rio. Apa mungkin Alvin juga dapat mimpi yang sama? Aku berjalan menuju jendela kamarku yang kebetulan langsung menghadao ke taman. Aku tidak melihat apa-apa hanya pohon yang bergerak-gerak tertiup angin,mungkin angin kencang banget di luar sana. Aku mengambil jaket dari lemari melirik jam 03.53 dan keluar kamar. Aku mengendap-endap berjalan keluar, sesampainya di luar rumah benar saja angin sangat kencaaaaaang, aku mengikat rambutku yang panjang menjadi ekor kuda dan memandang rumah Alvin. ga lama kemudian Alvin keluar dan menghampiriku.

"kamu juga mimpi?" tanyanya. Aku mengangguk. Kami pun berjalan menuju taman dan duduk di ayunan tempat biasa kami bertiga duduk.
Tiba-tiba angin semakin kencang dan dingin, lalu samar-samar ku lihat sosok putih mendekati kami. Ketakutan mengaliri sekujur tubuhku, semakin dekat dan ternyata dia RIO! atau lebih tepatnya arwah Rio. Aku meremas tangan Alvin yang juga sudah dingin. kami sama-sama takut.

"hai." kata arwah Rio itu kepada kami sambil tersenyum dan duduk di bangku di depan ayunan yang kami duduki. "yah,gue emang uda tau kalian pasti takut. inilah gue, MARIO." kata arwah itu lagi namun mukanya berubah jadi murung. "gue ga nyangka secepat ini. jujur, gue masih pengen bareng kalian berdua. gue masih pengen nonton bareng,jalan bareng sama kalian. tapi.." katanya. aku mulai menangis. "gue seneng lo masih nyimpan jaket yang gue kasi Nov." katanya kepada ku. Aku mengangguk dan menatapnya. "make jaket ini gue serala lo peluk yo." jawabku sambil menangis. "jaga baik-baik yah Nov." katanya sedih aku hanya mengangguk dan menangis.
"selamat ya bro,kalian uda jadian." katanya kepada Alvin. Alvin tersenyum sedih dan berkata "gue bakal lebih senang lagi kalau lo bisa bareng kami yo, kalau kita bisa jalan bertiga lagi kayak dulu. gue kangen sama lo yo, gue pengen main ke rumah lo lagi." kata Alvin sambil menangis. Aku terisak-isak dan arwah nya Rio tampak murung. "sama Vin, gue juga pengen banget ngerasain itu semua lagi. tapi TUHAN berkehendak lain. TUHAN cuma ngijinin gue ngeliat kalian dari atas." katanya, suaranya tampak sepertinya kalau dia juga menangis. "kenapa lo masih disini?" pertanyaan itu meluncur begitu saja. "gue ga bisa ninggalin lo kalau lo masih sedih terus Nov,gue bakal ga tenang." katanya. "makanya gue nyuruh kalian ngumpul karena gue pengen kita buat janji. PERJANJIAN TERAKHIR. kalau kalian bakal senang tanpa gue, kalau kalian bakal happy. anggap aja gue ga prtnah ada di hidup kalian, jangan pernah sedih-sedih lagi gara-gara gue." katanya "janji?" sambungnya sambil menjulurkan kelingkingnya. Alvin dan aku mengangguk sambil menjulurkan kelingking mereka juga menembus kelingking Rio.

"gue minta lo senyum Nov, permintaan terakhir gue sebelum gue ga akan bisa ngeliat kalian dari sini." katanya. aku tersenyum, maniss sekali. arwahnya Rio pun tersenyum. "makasih yah, tapi maaf gue ga bisa kasi lo coklat." aku menangis "gpp Rio, ngmng sama lo sekarang aja udah buat gue seneng banget." jawabku sambil terisak.
"Alvin, jagain Nova yah. lo taukan kalo gue udah nganggap Nova sebagai Adik, jagain dia. awas lo." katanya sambil tertawa kecil "tenang bro, gue bakal jagain Nova buat lo." jawab Alvin dengan suara tercekat. arwahnya Rio tersenyum dan berdiri. "sekarang saatnya gue pergi. gue pengen banget meluk lo berdua untuk terakhir, tapi gabisa." katanya membuat aku dan Alvin menangis.
Arwahnya Rio berjalan menjauhi kami dan spontan aku berdiri.

Rio dengarlah
betapa sesungguhnya ku menyayangimu
kan ku buktikan
ku mampu penuhi maumu

arwah Rio berbalik dan memandangku "kamu tau Nov? gue paling seneng denger lo nyanyi lagu itu. thanks yah." katanya sambil tersenyum. "aku janji kalau ini terakhir kalinya aku nangis karena kamu Rio, gue gabakal nangis lagi. gue berusaha buat lo senang!" kataku smbil tersenyum walaupun air mata menetes. "gue juga bro, gue janji bakal jagain Nova buat lo." kata Alvin sambil merangkul ku.
"ga slaah gue punya shabat kayak lo vin,thanks yah." katanya tersenyum kepada Alvin.
"gue pergi yah, byee sahabat dan saudara gue yang paling gue cinta dan terbaik. gue bakal merindukan kaliann!" katanya dan KUKURUYUUUUUKKK... seiring dengan suara ayam berkokok, arwah Rio samar-samar menghilang. dan pagi datang.

Aku dan Alvin saling pandang mencoba bertanya ini benar apa bukan? dan kami sama-sama mengangguk. Rio akan selalu sama kita. batin kami.

"kita harus matuhi PERJANJIAN TERAKHIR kita ya Nov." kata Alvin mengusap air mataku yang terakhir. Aku mengangguk dan tersenyum.

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar