Pages

Jumat, 25 Juni 2010

semenjak kepergian rio -sekuel perjanjian terakhir-

dear diary

hidup gue hampa banget semenjak kepergian rio. gue masih belom bisa percaya kalau rio harus ninggalin gue secepat ini. jujur, gue masih kepengen banget curhat sama dia. gue masih pengen manja-manjaan sama dia. gue belom bisa tanpa dia! kenapa sih TUHAN harus manggil rio secepat ini? apa TUHAN ga tau kalau aku butuh rio?
gue sampai sekarang emang belom bisa memenuhi perjanjian terakhir yang gue alvin dan rio buat di taman bulan lalu, gue masih sering nangis dan melamun. gue masih sering di bayang-bayangin sama masa lalu gue dan rio yang penuh tawa.
gue teringat waktu gue merengek pengen banget jaket yang di pake rio waktu liburan ke puncak, gue sampai ngambek ga mau makan sebelum jaket rio itu jadi milik gue, hihi kadang gue suka ketawa sendiri waktu ngingat mimik muka rio pas ngasi salah satu jaket kesayangannya itu ke gue. iyaa, jaket yang gue pake ke taman bulan lalu adalah jaket kesayangan rio yang aku minta dengan paksa. tapi emang dia cowok sejati, dia mengikhlaskan jaket itu asal gue ga ngambek lagi. GUE KANGEN LO RIO!! hubungan gue sama alvin baik-baik aja kok, gue harus berpura-pura kuat jika di depan alvin dan aku tahu alvin pun seperti itu di depan gue.eh, ntar yah alvin nelfon.

"halo.." kataku.
"Nov, aku pengen cerita. bisa ketemuan?"
"boleh kok, di taman aja yah."
"oke."

aku pun keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah, setelah itu aku keluar dan mendapati Alvin sudah di taman dan duduk di ayunan yang sebulan lalu menjadi saksi perjanjian terakhir kami. Aku mendekatinya dan mendapati wajahnya yang sedih. Apa Alvin masih sering nangis juga? sama seperti dirinya? Alvin yang bengong dengan pandangan kosong tidak menyadari kalau ternyata sang kekasih sudah duduk di sebelahnya.

"Vin.." kataku mengejutkan Alvin, diapun menolehku dan kesedihan di mukanya tampak sekali. dia seperti habis menangis bermalam-malam bahkan aku percaya mukanya sekarang tampak lebih menyedihkan di banding mukaku. Apa Alvin bisa lebih sedih dari aku? setelah Alvin menatapku dia kembali menatap lurus kedepan. Aku meletakkan punggung tanganku ke keningnya "kamu sakit?" tanyaku khawatir. emang suhu badan Alvin agak hangat. Alvin menggeleng dan dia mengambil tanganku di keningnya dan memegang nya dengan kedua tangannya eraaaaaat sekali. Matanya memerah, aku takut. aku takut terjadi sesuatu kepada Alvin yang membuatnya sangat terpukul seperti ini.

"Kamu kenapa sih? cerita sama aku." kataku sambil merengkuh mukanya dengan sebelah tanganku yang tidak di pegangnya. "apa yang terjadi Vin?" tanyaku. jujur, aku ga tahan melihat keadaan Alvin sekarang. mukanya pucat dan matanya memerah. sungguh aku ingin menangis.
"Aku ga mau kehilangan kamu Nov." katanya sambil mengeratkan pegangan tangannya di tanganku. "Aku ga mau ninggalin kamu.." sambungnya lagi. Air mata mengalir di wajah putihnya. Aku bingung, kenapa Alvin tiba-tiba ngomong kayak gini. "maksud kamu?" tanya ku bingung melihat Alvin meneteskan air mata. setauku Alvin kan cowok yang kuat dan paling anti mengeluarkan air mata tapi sekarang kenapa dia menangis. "kamu kok nangis?" tanyaku lagi menghapus air mata di wajah Alvin. Aku benar-benat bingung dan ga tau mau gimana lagi. Akhirnya aku diam dan menunggu Alvin menjawab pertanyaanku. Alvin mendesah dan menatapku lekat-lekat tampaknya dia sudah memperoleh kekuatannya untuk ngomong denganku. Aku menanti dengan sabar.

"Aku tau kamu pasti kecewa sama aku Nov.." kata Alvin menatapku, aku mengangkat sebelah alisku. "kenapa aku harus kecewa sama kamu? kamu tau? kamu adalah cowok yang paling baik sama aku. aku masih ingat waktu aku jutek sama kamu tapi kamu tetap aja baik dan sabar menghadapi aku. kamu juga ga pernah buat aku kecewa, kamu selalu mengalah dan kamu udah bisa jadi kayak Rio..." aku tersenyum sedih mengingat nama Rio aku hampir menangis tapi aku berusaha kuat untuk menahan air mataku. Alvin butuh kekuatanku, jangan sampai aku menangis dan membuatnya semakin terpuruk. "harusnya aku yang minta maaf karena ga pernah bisa ngertiin kamu, karena aku selalu memikirkan egoku sendiri, karena aku.." sebelum aku menyelesaikan kalimatku Alvin udah membekap mulutku dengan lembut. "sshhh..." katanya. Aku diam dan melihat Alvin berusaha untuk tersenyum. "gak ada yang bisa buat aku kecewa sama kamu Nov, keegoan kamu malah buat aku makin sayaaaaaang sama kamu, tapi..." Alvin kembali menunduk dan meneteskan air matanya. "aku harus ninggalin kamu." katanya pelan. Aku shock, jantungku berhenti berdetak. Mataku perih dan mulai berkabut, aku berusaha untuk tenang. "kenapa?" tanyaku. suaraku bergetar, Alvin mengetahui kalau aku sudah akan menangis. "Aku harus ke Australia melanjtkan sekolah ku Nov, sebenarnya disini aku tinggal bersama Oma sedangkan papa dan mama ku tinggal di Australia. Mereka menginginkan aku kembali kesana.." aku gak bisa menerima kenyataan pahit ini, aku mulai menangis "aku udah berusaha menolak karena aku ga bisa pisah dari kamu Nov, tapi papa dan mama ku bersikeras." kata Alvin membuat aku semakin menangis menjadi-jadi. Kenapa semua yang aku sayang harus ninggalin aku? kenapa aku gabisa merasakan kasih sayang yang utuh? kenapa aku ga pernah di takdirkan untuk selalu bersama orang yang aku sayang? kenapaaaa?

Aku semakin menangis dan ga bisa ngomong apa-apa lagi. "berapa lama?" suaraku bergetar hebat. Alvin gak berani memandang aku, karena Alvin emang paling anti melihat aku menderita.mendengar pertanyaanku Alvin mendesah dan menjawab "2 tahun." jawabnya sedih.

Apa?? 2 tahun? cukup penderitaan ini Tuhan!! aku ga sanggup. apa belum cukup kau memanggil Rio? cowok yang aku sayang? sekarang kau juga mengambil Alvin dari aku? pengganti Rio? cukup semua ini! aku ingin mengakhiri hidup! aku ingin berjumpa sama Rio untuk mengeluarkan unek-unekku. Kenapa hidupku harus seperti ini? Aku menangis, air mata mengucur deras dari mataku.sepertinya Air mata ini tidak pernah habis, padahal dari kepergian Rio sampai sekarang hampir tiap hari aku menangis.

"udah Nov, aku ga tahan liat kamu kayak gini." kata Alvin masih tidak memandangku,emosi ku memuncak. "udah kamu bilang? kamu kira aku gampang ngelepasin kamu gitu aja? sedihku belum sembuh karena kepergian Rio sekarang kamu juga mau ninggalin aku? sekalian aja semua oarang yang aku kenal ninggalin aku!" kataku. Alvin menoleh dan memandangku, matanya mulai memerah lagi. "ini bukan kemauan aku Nov, aku juga ga mau pisah dari kamu." katanya sambil merengkuh pipiku. "kalau kamu ga mau ninggalin aku, jangan tinggalin aku Vin." kataku lembut sambil memegang kedua tangannya di pipiku. "aku juga ga sanggup tanpa kamu." sambungku. Alvin memelukku dan hanya berkata "maaf..."

Hari ini hari keberangkatan Alvin ke Australia, aku mengantarnya sampai ke bandara. Sejak kejadian 2 hari lalu emang aku semakin sedih, menyendiri dan suka melamun. tapi Alvin menyadarkan aku, "2 tahun ga bakal terasa kok Nov, aku janji bakal sering ngabarin kamu dan bakal balik secepatnya." kata Alvin dulu dan bisa membuatku tenang. Sebentar lagi aku akan melihat cowok yang aku sayang pergi meninggalkan aku, yahh walaupun sementara tapi tetap aja rasanya SAKIT!! mungkin ini lebih sakit daripada kehilangan Rio, karena dulu ketika Rio pergi masih ada Alvin yang menemani aku tapi kalau sekarang Alvin yang pergi gimana?

Aku berdiri menatap Alvin di kejauhan yang sedang check-in di dalam bandara SOEKARNO-HATTA,aku udah janji sama Alvin ga bakal nangis lagi tapi aku tahu janji ini bakal aku langgar, tapi untuk menyenangkan Alvin. kami udah sepakat untuk long distance. Aku udah sayaaaang banget sama Alvin dan begitu juga dengan Alvin. yahh, walaupun aku ga tau bisa apa enggak long distance selama ini, tapi aku akan mencoba. Alvin juga janji bakal ngirim e-mail setiap hari.

Aku melihat Alvin keluar dari ruangan dan mendatangiku serta Oma yang ikut mengantar.
"Oma, Alvin berangkat yah." katanya sambil mecium pipi Omanya. "baik-baik yah." Alvin mengangguk. Seekarang Alvin berada di hadpan ku. Aku ga berani menatapnya, aku takut menangis dan membuat Alvin merasa bersalah udah ninggalin aku. Dia merengkuh pipi ku dan berkata "Aku berangkat yah Nov, jaga kesehatan kamu jangan sering nangis. aku janji kita ga bakal lose contact.." katanya, Aku mengangguk dan dia mengangkat wajahku sehingga aku dan Alvin sekarang bertatapan "jaga hati kamu juga buat aku yah." Mataku perih tapi aku berusaha keras ga menangis, dan mengangguk. "hati aku cuma buat kamu." jawabku. Aku memeluk Alvin dan melepas dia pergi.

dear diary

udah hampir satu setengah tahun gue di tinggal pergi sama alvin. ternyata alvin bener-bener cowok yang nepati janji. lo tau? dia hampir tiap menit nge mail gue. nyuruh makan, ngucapin met bobo, ngicapin met pagi. dia ga pernah lupa, jujur gue kangen sama mereka. iya rio dan alvin maksud gue siapa lagi? semenjak keprgian alvin gue udah ga bisa tertarik sama cowok lain yah walaupun kemarin sempat deket sama lintar. tapi kami cuma temen doang kok.
ohyaa, minggu depan gue sama alvin bakal 2 tahun. ga terasa yah, hehe. walaupun anniversarry kali ini ga bisa kami rayain bareng. huhu. 2 tahun yang lalu juga gue kehilangan saudara gue yang tercinta. RIO, lo tau? foto kami bertiga gue,alvin dan rio gue bingkai semua dan gue pajang tuh di atas tempat tidur. foto kami waktu di cafe eskrim, foto kami waktu nyeplok alvin pas dia ultah, foto kami pas duduk bertiga di ayunan taman :'( gue kangen rio!! RIO! lo kangen gue gaa?

Besok aku sama Alvin uda 2 tahunan loh, hihi tapi udah seminggu ini Alvin gak ada ngabari apa-apa ke aku. e-mail aku ga di bales semua. Aku malah uda berpikiran kalau Alvin pasti sedang asyik dengan cewek barunya disana yang pasti yang lebih cantik dari aku. tapi aku berusaha untuk lebih berpikiran positif tapi tetap aja ga bisa melegakan hatiku. Emosi ku memuncak. Aku gatau mau ngapain dan akhirnya keputusan terakhir, aku menangis. menangis sejadi-jadinya hingga terlelap.

Keesokan harinya aku bangun karena hp ku bergetar dan bersuara kerassssssss banget, gue berharap kalau ini sms dari Alvin ngucapin happy 2nd year tapi kekecewaan mengaliri tubuhku ketika aku melihat ternyata itu alarm di hp ku yang bertuliskan 2nd year with alvin aku lupa kalau aku sengaja membuat alarm di hp ku agar aku tidak lupa, tapi kali ini aku menyesal karena sudah mengingatnya. lebih baik aku lupa kalau hari ini 2tahunan kami.

Aku mengecek e-mail dan ga ada perkembangan e-mail Alvin seminggu yang lalu ga pernah bertambah. Aku dengan malas mengambil handuk dan mandi dengan air hangat. Air hangat itu sedikit mengurangi kekesalanku. steelah selesai mandi dan sarapan aku berangkat ke sekolah, yupp. aku sudah memasuki kelas 3 sma dan aku tetap pada sekolahku dulu. sekolah yang banyak menyimpan kenangan antara aku Alvin dan Rio. Aku melewati bangku tempat dimana dulu Rio memberikan aku coklat sebagai imbalan karena aku tersenyum dan itu membuat mataku perih. Aku buru-buru mengambil tissue dan menghapus air mataku. Begitu sedih disini,belum lagi parkiran sepeda dimana dulu Rio dan Alvin jatuh, halaman belakang sekolah tempat Rio dan Alvin merencanakan penembakan Alvin kepadaku dan jalan raya di depan sekolah yang membuat aku ga bisa membendung air mataku.

Rio sendiri yang bilang kalau nyebrang harus hati-hati tapi kenapa dia sendiri ga hati-hati? kenapa juga kmaren Alvin ngajak ke warung depan? kenapa kemarin aku ga nemani Rio nyebrang? kenapa aku ga nungguin Rio? kenapa?

yahh, emang udah ga ada gunanya lagi menyesali keadaan yang udah terjadi, sekarang Rio udah senang disana walaupun aku disini masih belom bisa merelakannya.
Aku berjalan pulang sendiri dan duduk di ayunan taman, aku malas masuk ke rumah.

"kenapa di ayunan ini tempat gue selalu nangis? padahal dulu ayunan ini tempat favorit gue! sekarang malah gue benci sama ayunan ini. disini gue harus ngeliat Rio terakhir kalinya dan disini juga gue harus menerima kenyataan kalau gue harus ngelepasin Alvin. ah yaa, Alvin! kemana anak itu? kemana bocah tengil itu? kenapa ga ada kabar dari dia? semua yang dia bilang itu ternyata bulsyith! semuanya cuma gombal! emang sejak gue jumpa sama dia di mall gue udah tau kalau dia itu anaknya nyebelin! nyebelinn!!!" aku mencak-mencak mengeluarkan semua emosi ku di ayunan itu. "awas aja kalau sampai tuh anak balik gue bakal..." aku mengeluarkan emosiku dan terpotong karena ada suara yang ku kangenin "aduuh aku takuut." kata Alvin sambil duduk di sampingku. "waaaa, ALVIN!!!" aku teriak sambi memukul-mukul dia mencubiti lengannya bahkan menjewer kupingnya, oke, aku tau ini kejam tapi ini salah satu cara aku melepaskan rasa kangenku samanya. "aawww, Nov udah ahh. sakitt." kata Alvin menahan kedua tanganku dan memegangnya. "kangen banget aku sama kamu, ternyata kamu ga berubah ya." katanya sambil membelai wajahku. "kamu makin cakep aja pulang dari sana." godaku. emang benar, Alvin makin keliatan ganteng. waaa, alvinoszta dimohon untuk tidak sirik. hehe.

"kamu kok pulang ga ngabarin?" tanyaku.
"hm, mau ngasi kamu surprise." kata Alvin sambil menjawil pipiku. "kamu punya cewek lain yah disana?" tanyaku curiga. "banyak yang suka sama aku, tapi aku maunya kamu." kata Alvin membuatku malu dan pipi ku berubah warna. "aku kangen sama pipi merah kamu ini, aku juga kangen denger suara kamu, aku kangen sama ngambekan kamu.." sambungnya. "sshh..." kataku menyuruh Alvin berhenti bicara dan dia berhenti dan menatapku curiga. "kesimpulannya, kamu pasti kangen banget kan sama aku?" tanya ku sambil berlari. Alvin tertawa dan mengejarku, ini yang aku inginkan. Aku ingin tertawa lepas seperti ini, Alvin telah kembali dan aku merasakan bahwa Rio juga sedang berada disini bersama kami. Alvin yang emang atlit dengan mudah menangkap ku dan memelukku eraaaaaaat sekali. pelukan yang aku rindukan sejak 2 tahun yang lalu.

"aku ada hadiah buat kamu." kata Alvin melepas pelukannya. "sini." katanya lagi sambil menarik tanganku, aku hanya mengikuti dan kami kembali duduk di ayunan taman. "taraaaaaa...." katanya sambil memberikan sebuah kotak besar dari belakang punggungnya. "happy 2nd year yaa Nova ku." kata Alvin sambil memberikan kotak besar itu. "Apa ini?" tanyaku bingung. "buka aja."

Aku membukanya dan terbelalak...

ternyata itu adalah kue tart coklat yang diatasnya bertuliskan

HAPPY 2nd YEAR FOR US

aku menatap kue itu lama lalu memandang Alvin penuh terimakasih. "ternyata kamu ga lupa." kataku dan Alvin menggeleng "mana mungkin aku lupa. kue ini aku bawa dari Australia khusus buat kamu dan ini semua 100% coklat." kata Alvin bangga. Aku terbelalak.
"coklat semua?" tanyaku tidak percaya. Alvin mengangguk "aku bakal manjat monas kalau kamu bisa ngabisin ini sehari." kata Alvin. dan aku tertawa.
"coba ada Rio." kataku dengan sedih, Alvin pun ikutan sedih "pasti bakal lebih rame." lanjut Alvin. "hah,aku ada ide." kataku sambil menutup kue tart itu dan menarik Alvin.

Aku menyuruh Alvin agar ber-jiarah ketempat Rio sekalian untuk syukuran 2 tahun dia, kami tidak lupa membawa kue nya. Setelah sampai, kami mengganti bunga yang ada di vas kuburan Rio dan berdoa. setelah itu...

"Rio, gue sama Alvin udah 2 tahun nih. lo ga ngucapin selamat atau apa gitu?" tanyaku lebih kepada diri sendiri. "iya yo, kalau ada lo. kue ini pasti habis deh sehari kita kerubuti." lanjut Alvin.
Kali ini gue dan Alvin berusaha untuk tidak menangis, kami masih ingat sama perjanjian terakhir yang dulu sempat kami buat. Aku membuka kue tart coklat itu mencomotnya dan menyolek pipi Alvin sehingga muka Alvin belepotan coklat. Alvin juga balas dendam. Aku dan Alvin berlarian mengelilingi makam Rio sambil menyolek pipi lawan sehingga sekarang muka kami penuh dengan coklat. setelah lelah kami duduk di samping makam Rio dan memakan kue tart coklat itu sampai habis dengan diselangi tawa-tawa. Aku bahkan ga percaya bisa tertawa ngakak seperti ini, udah lama aku ga tertawa.

"yey, aku menghabiskannya sekarang kita ke monas." kataku mengisap jari-jariku yang berlepotan coklat. "lah?ngapain?" tanya Alvin bingung. "nih,aku kan udah ngabisin kue ini dalam satu hari sekarang kamu manjat monas gih." kataku sambil menunjukkan kotak kue yang sudah kosong, Aku bahkan ga percaya kalau aku bisa menghabiskan coklat sebegitu banyak.
"tapi kan aku juga ikut makan, ga kamu sendiri." kata Alvin membela diri. "gak ada alasan!" kataku.
"huaaa, Rio tolongin gue dong." kata Alvin memelas sambil menatap makam Rio.

Rio yang udah berada di surga menatap kedua sahabatnya itu dengan tersenyum gembira. "haha, rasain lo vin." katanya dari surga.

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar