Pages

Selasa, 31 Agustus 2010

jadi apa yang ku inginkan.

"Iih,papa apaan sih? Aku kan gak mau ikut acara begituan pa,lagian ntar aku gak punya kawan. Jadi ngapain dong aku harus ikut? Kan acara kantor papa sih." Aku mengomeli papa yang memaksa ku untuk ikut acara kantornya.
"Bella sayang,kan mama kamu lagi keluar kota,ga mungkin kan papa ke acara itu sendirian, papa kan takuuuut." Goda papa sambil mengacak rambutku. "Lagian ntar kawan papa ada bawa anaknya kok, cowok lohh. Manatau nanti kalian bisa cocok." Sambung papa terus menggodaku. "Pliss." Papa memasang muka memelas yang membuatku ingin tertawa. Aku mendesah nafas berat "Oke deh,jam berapa acaranya?"
Aku mengalah dan mengiyakan ajakan papa untuk ke acara kantornya, walaupun sedikit malas dan ragu tapi memikirkan gimana ntar nasib papa gak ada pendamping, yaudalah nambahin amal.

Ohyaa,perkenalkan dulu. Nama aku Anette Isabella biasa di panggil Anet atau Bella juga bisa,terserah aja. Aku anak tunggal di keluarga ini, mama ku lagi pergi ke luar kota ada kerjaan. Jadi,di rumah cuma ada aku,papa dan pembantu. Aku baru masuk kelas X di salah satu SMA favorit di kota ini.

"Bellaaaaaaa... Udah selesai belom? Lama banget sih." Teriak papa dari lantai bawah. "Iyaaaaaa paaaaa,bentaaaar." Balasku sambil meneruskan menabur benak di wajahku.
Sekarang aku sudah memakai mini dress warna baby blue, dengan rambut di blow sedikit dan flat shoes warna senada dengan dress ku. Aku merasa cantik dengan style aku sekarang, biasanya aku cuek dan ga peduli dengan apa yang aku gunakan. Tapi melihat ini acara formal dan papa juga termasuk orang penting di kantor itu, ga mungkin kan aku pake kaos dan celana panjang di acara seformal itu?
'Selesai.' Batinku,aku pun keluar dari kamar dan turun ke bawah. "Wah wah, cantik sekali kamu sayang." Puji papa ketika aku sampai di ruang tamu.
"Huh,emang biasanya aku jelek apa?" Jawabku sambil duduk di sofa dengan tampang cemberut.
"Jangan ngambek dong,ntar cantiknya ilang loh." Goda papa. "Iih,udah dong pa. Ntar aku membatalkan niatku untuk ikut papa loh." Ancamku. "Hahaha, udah dong ngambeknya. Sory deh, berangkat sekarang yuk." Ajak papa sambil mengambil kunci mobil. Aku beranjak dari sofa dan mengikuti papa.

"Pa, ntar kawan papa ada bawa anak seumuran aku gak?" Tanyaku ketika mobil melaju meninggalkan rumah. "Ada mungkin." Jawab papa seadanya. "Ntar, Bella papa kenalin sama kawan papa kok. Tenang aja." Sambung papa. Aku cuma bisa mengangguk dan menerawang apa yang akan terjadi nanti.

Halaman kantor papa yang lumayan luas itu sudah berubah menjadi sebuah taman idaman bagi setiap remaja perempuan sepertiku, menurutku. Halaman itu sekarang penuh dengan lampu-lampu aneka warna yang melilit di setiap pohon ataupun bangku yang ada di taman itu, di tengah-tengah ada sebuah panggung kecil dan di panggung itu sedang ada sebuah band yang sedang menyanyikan sebuah lagu asik, lalu di sudut kanan ada meja untuk prasmanan dimana terdapat banyak sekali makanan dan minuman, dan tempat yang paling aku suka setelah melihat-lihat adalah sebuah gazebo yang penuh dengan lampu-lampu di sudut kiri di dekan kolam ikan, menurutku itu adalah tempat yang paling keren dan mungkin aku akan menghabiskan malamku dengan duduk di situ sampai acara ini selesai. "Yuk masuk." Ajak papa. Saking terpesonannya dengan tempat itu aku sampai gak menyadari kalau aku dan papa masih di pintu masuk. "Ah? Ohya, oke pa." Aku mengikuti papa masuk ke halaman itu, rupanya ini sejenis pesta kebun.

"Hei pak Mike." Aku dan papa spontan menoleh, karena ada orang yang memanggil nama papa ku. Setelah lama diam akhirnya papa menjawab "Halo pak Jodi, apa kabar?" Jawab papa ketika orang yang di panggil pak Jodi itu berada di dekat kami.
"Baik sekali,kenapa baru datang pak?" Tanya pak Jodi itu lagi. Pak Jodi itu mungkin berumur sekitar 40-tahunan dan memiliki postur tubuh yang tegap. "Biasalah pak, resiko punya anak gadis. Bawaannya dandan mulu." Jawab papa sambil melirikku dan tertawa, aku hanya menunduk dan mendumel dalam hati. "Ohya, ini Bella ya?" Tanya pak Jodi itu sambil mengulurkan tangannyaa. "Iya Om." Jawabku menjabat tangan beliau dan tersenyum. "Wah,cantik sekali kamu." Kata Om Jodi lagi. "Terimakasih Om." Jawabku sambil tersenyum.
"Ohya, Pak Jodi bawa anak gak? Dari tadi si Bella risau banget takut gak dapat temen." Kata papa, mukaku memerah.
"Haha, si Dean ikut kok tapi gak tau kemana, cari aja Bel, ga mungkin jauh-jauh kok."
"Iya Om." Jawabku.
"Papa gabung dulu ya sayang, Bella cari anaknya Om Jodi aja." Kata Papa dan aku pun mengangguk. Setelah Papa dan Om Jodi bergabung dengan teman-teman mereka yang lain aku berjalan menuju gajebo yang ku kagumi tadi.

"Apaan sih papa, nyuruh aku nyari temen sendiri. Padahal kan tadi janjinya papa yang mau nyariin aku temen, kalau di acara ini aku sendiri sampai selesai mah mending aku tadi gausa ikut." Aku sudah sampai di gajebo, duduk dan mulai mengeluarkan semua unek-unekku. "Nyari temen sendiri? Mana bisa! Huh, apa tadi? Disuruh nyari anaknya Om Jodi. Grr, siapa tadi namanya? De.. Dan.. Ah yaa, Dean. Apaan coba? Siapa banget tu anak sampe aku harus nyari-nyari dia segala? Penting juga enggak!" Setelah puas mengeluarkan unek-unekku aku baru menyadari kalau ternyata aku kedinginan, oh god! Kenapa papa ga bilang kalau acaranya outdoor gini? Akhirnya,karena memakai mini dress yang lengannya agak pendek, aku mengusap-usap kedua lenganku dengan kedua tanganku, mencoba menghilangkan rasa dingin yang menusuk tubuhku.

"Lagian siapa suruh acara outdoor gini make mini dress segala, nyari penyakit tau gak?" Aku terdiam dan mencoba mencerna suara dan kata-kata tadi, siapa itu yang ngomong?suaranya kayak cowok tapi masa ada cowok disini? bukannya tadi aku sendiri disini? Hah? Jangan-jangan hantu? Aaaaaa. Aku hendak meninggalkan gajebo yang ternyata berhantu itu, tapi suara itu kembali terdengar membuatku membatalkan niatku. "Aku bukan hantu kok, namaku Dean." Aku memutar arah dudukku dan taraaaaa... di depanku duduklah seorang cowok yang lumayan tampan, sedang memegang Hpnya dan menatapku.
"Hah?Dean?" Aku masih bingung. Tau gak betapa cakepnya cowok itu? Dia menggunakan kaos biru dengan jaket putih yang bertopi, celana hitam dan sneakers. CAKEP!!
"Iya, anaknya Pak Jodi. Kamu udah jumpa kan sama papa ku?" Aku cuma mengangguk. "Kamu pasti anaknya Pak Mike." Aku mengangguk lagi. "Papa sering cerita tentang kamu." Aku mengangguk lagi, masih setengah sadar. "Kok daritadi ngangguk mulu?" Aku diam. "Ohya, nih pake." Katanya sambil melepas jaketnya dan memberikannya kepadaku "pasti kamu kedinginan makanya ga bisa ngomong." Lanjutnya sambil berdiri, berjalan menuju tempatku duduk dan meletakkan jaketnya ke bahuku.
Setelah mendapat kesadaran sepenuhnya dan dapat berkata-kata aku mengatakan "thanks ya,tapi ga perlu kok." Kataku hendak melepaskan jaketnya dari bahuku tapi dia menahan tanganku "kamu mau nahan dingin terus? Pake aja, aku gak apa-apa kok." Katanya sambil tersenyum dan aku membalas senyuman. Oh God, senyumannya manis sekali.

Sekarang dia duduk di bangku yang ada di sampingku dan menatapku dari atas ke bawah, aku salting dong.
"Apaan sih liat-liat?" Tanyaku risih dengan pandangannya. "Haha,gak apa-apa aja.kasian aja ngeliat kamu kedinginan gitu karena make baju kependekan." Jawabnya sambil tertawa.
"Kalau kasian bukan di liatin tauk!" Aku manyun
"Lah,jadi di apain dong?"
"Yaa di bantu dong,bukan di pandangin gitu."
"Haha,emang kurang membantu apa lagi jaket yang aku kasi?"
"Hah? Oh.. Apa?" Aku kagok dan malu sendiri karena emang Dean yanud udah minjamin jaketnya sehingga aku gak begitu kedinginan lagi.
"Haha, yaudahlah gak apa-apa kok." Katanya sambil mengacak rambutku, aku kembut!! Baru kali ini aku merasakan rasa bahwa aku mungkin naksir sama dia, tapi gak mungkin. aku belom kenal sama Dean, aku belum tau dia orangnya gimana, aku gak mau ngambil resiko untuk sakit hati lagi karena cowok.
"Ohya, nama kamu siapa? Gak adil banget kan, kamu udah tau nama aku tapi aku belom tau nama kamu." kata Dean membuyarkan lamunanku.
"Haha, itu mah derita lo!"
"Yauda deh, gak peduli juga kok." jawabnya memasang muka ngambek. "Yah yah, ngambek. jangan ngambek dong, masa cowok ngambek." Godaku. Dean diam dan tetap pada pendiriannya untuk mencuekin aku "Yaudah, nama aku Bella." Jawabku dan melihat dia tersenyum.
"Gitu dong, aku Dean." jawabnya semakin melebarkan senyumnya. "Haha, udah tau!" kataku.
"Kamu sekolah dimana?"
"Stosa, Dean?"
"Sama dong, Bella kelas?"
"X-F hehe, baru masuk soalnya."
"Masih kecil dong, aku udah kelas 12."
"Enak aja, bukan kecil tapi udah remaja."
"Haha, sama aja loh."
"Jadi aku manggilnya Dean atau perlu pakai Abang?"
"Hm, Dean aja biar lebih enak dengernya."
"Oke, Dean." Kataku sambil tersenyum dan dia membalas senyumanku, perasaan deg-degan itu kembali muncul.

Di gazebo itu aku sama Dean bercanda ria dan aku menyadari kalau ternyata Dean itu anaknya asik. Malam itu mungkin akan menjadi malam yang indah bagiku karena baru kali itulah aku bisa sedekat ini sama seorang cowok, malam-malam pula.
Dean anaknya asik banget, aku selalu di kerjain dan aku ga pernah dapat kesempatan untuk mengejek dia, huh sebel sih tapi i don't care lah. Mungkin saat ini aku sedang membiarkan suatu rasa yang berbeda tumbuh di hatiku, perasaan yang seharusnya ga boleh tumbuh karena bakalan buat aku sakit hati, tapi sungguh aku gak mau hal seperti ini berakhir.

"Bella mau minum gak?" Tanya nya ketika kami sudah bosan tertawa. Aku mengangguk "Mau banget,capek banget ketawa gara-gara kamu."
"Aku emang lucu dong." Jawabnya PD
"Dean!! Stop ahh ntar aku sakit perut karena ketawa mulu." Aku manyun lalu berdiri hendak menuju ke meja prasmanan, ketika kemudian Dean merangkulku dan berjalan bersamaku menuju meja prasmanan. Yaa, rasa deg-degan yang menganehkan itu kembali muncul dan tetap aja, aku berusaha untuk menutupi rasa itu.
"Mau minum apa kamu?" Tanya nya ketika sudah sampai di meja prasmanan. Aku yang sedang celingak-celinguk mencari Papa mengacuhkannya sehingga dia memegang tanganku dan memutar tubuhku sehingga kami sekarang bertatapan. "Kamu mau minum apa?" Tanya nya lagi. Aku malah semakin gak bisa berkata apa-apa lagi sekarang. Yang paling membuat speechless adalah tatapan matanya yang seakan-akan memeriksa mataku, pandangan matanya sungguh sangat menenangkan dan menyenangkan.

"Wah wah, ternyata kalian disini rupanya. Dicariin kemana-mana rupanya lagi mesra-mesraan disini." Om Jodi dan Papa datang gak tau darimana dan membuat Dean langsung melepaskan pegangan tangannya dan menggaruk kepalanya yang mungkin gak gatal. Muka kami sama-sama memerah dan gak tau mau ngapain. "Mesra-mesraan apaan sih pa." Jawab Dean. Om Jodi dan Papa hanya bisa tertawa.
"Bentar lagi kita pulang ya Bel, udah malam besok kamu harus sekolah kan? Tapi Papa ngelapor ke Bos dulu, kamu tunggu di sini aja." kata Papa, aku mengangguk dan menatap kepergian Papa dan Om Jodi. Suasana menjadi hening lagi, sama seperti pertama kali aku dan Dean bertemu tadi. "Ohya Bel, minta nomor kamu boleh kan?" Tanya Dean memecah keheningan yang menyelimuti kami berdua, tampaknya karena terpergok sedang pegangan tangan tadi membuat aku ataupun Dean sama-sama gak berani buat menyapa duluan, tapi untunglah Dean bisa gentle.
"Hm, boleh kok." Jawabku sambil menerima Hp Dean yang di berikannya untuk ku ketik sendiri. "Pasti ntar kangen deh sama masa-masa kayak tadi." Katanya ketika aku lagi mengetik nomorku di Hp touchscreen nya. "Hm?"
"Iya, aku bakalan kangen sama masa-masa kita main-main di gazebo tadi, kayaknya ini bakalan jadi malam yang pertama dan juga terakhir kita bisa sama sampai semalam ini." Katanya sambil menatap ke atas, dimana langit di penuhi dengan bintang-bintang yang bertebaran. Aku gak ngerti arah pembicaraan Dean ini kemana, aku hanya diam dan mencba mencerna apa yang dikatakan Dean tadi, tapi sama sekali ga masuk ke otak. "Nih, udah." Kataku sambil memberikan Hp nya kepada pemilik aslinya.
"Besok kamu sekolah kan?" Tanya nya lagi. Aku mengangguk "Kenapa?" Tanyaku.
"Enggak, liat besok aja deh." Katanya sok misterius.
"Apaan sih Dean?" Tanyaku penasaran, dan dia hanya menggeleng "Liat besok aja ya cantik."
Aku gak bisa ngeles lagi akhirnya manyun dan Dean semakin melebarkan senyumnya, aku gaktau apa yang ada di pikirannya.

Malam ini malam yang indaaaaaaaaaaaah banget buatku. Sekarang aku lagi tiduran di kamar ku yang nyaman, sudah berganti pakaian dengan kaos dan hotpants, hidupin Ac, masang lagu 'Man in the Mirror' dan aku senyum-senyum sendiri di kamar itu. Aku ngebayangin gimana Dean makein aku jaketnya. Hah? Jaket? Mana-mana?? Aku beranjak dari tempat tidur menuju lantai bawah dan membuka mesin cuci dan untungnya jaket Dean masih di situ, belom sempat dicuci dan aku mengambilnya membawanya ke kamarku dan memeluknya.
'Hah? Apa yang kulakukan?' Batinku, lalu melemparkan Jaket itu ke tempat tidur dan masuk kedalam balutan selimut dan tidur dengan sebuah senyuman tersungging di wajahku.. ZZz

"Non, bangun udah pagi loh." Suara Bi Iyem membangunkan ku dari tidur yang menurutku sangat singkat. Dengan berat hati aku bangun dan berjalan terseok-seok menuju kamar mandi. Kalau gak salah semalam aku tidur jam 2pagi gitu dan sekarang aku udah di bangunin jam 5pagi. What The Hell, aku cuma tidur 3jam hari ini, hh.. Aku bener-bener gak tau apa yang akan terjadi di sekolah nanti.
Jam 6 aku udah turun kebawah dan melihat Papa sudah stay di meja makan dengan roti bakar, kopi dan koran. "Pagi Pa!!" Kataku sambil mencium pipi Papa. "Hm, yaya. Kok cepet banget kamu bangunnya?" Tanya Papa.
"Bi Iyem maksa Pa, yaudah lagian aku juga udah ga bisa tidur lagi kalau udah terbangun."
"Ckck, dasar. Ohya, gimana Dean? Baik anaknya?
deg.. Mendengar nama Dean, jantungku langsung berdetak dua kalilebih cepat dari biasanya, ada apa ini? kenapa karena mendengar namanya saja aku harus seperti ini? "Bel?" Papa memanggilku.
"Hah? Apa pa?" Tanyaku lagi masih bingung dengan apa yang aku rasakan. "Gimana Dean? Baikkan anaknya?" Tanya Papa lagi. Aku cuma bisa mengangguk.
"Kayaknya dia suka sama kamu Bel." Kata Papa membuat roti bakar yang sudah dalam perjalanan menuju tenggorokan keluar lagi. "Uhuk.. Apa pa? Ga mungkin banget." Jawabku mencoba menutupi apa yang terjadi dalam jantungku, detaknya semakin cepat dan gak terkendali. Oh Tuhan, Tolong.

tin..tin..tin

"Siapa sih pagi-pagi gini udah ribut dengan klaksonnya?" Omel Papa ketika Bi Iyem berjalan melewati meja makan menuju pintu depan. Aku masih asik dengan roti bakar dan susu coklat panasku tanpa memperhatikan Bi Iyem masuk dengan siapa.
"Pagi Om, Pagi Bel."

to be continued**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar