Pages

Kamis, 09 September 2010

cinta itu RELA

"Mas, ke jalan organ ya."
"oke mbak." kata supir taksi itu sambil memasukkan koperku ke bagasi mobil birunya. Aku masuk ke dalam taksi itu dan menarik nafas lama, aku mungkin belum siap untuk berjumpa dengan keluargaku lagi setelah setahun berpisah.

Kedatanganku dari New York ini ku rahasiakan dari keluargaku, surprise. Tahun baru kali ini aku ingin bersama keluargaku, aku bosan di New York. Atau lebih tepatnya aku kangen sama keluargaku, kangen berat. Sama semua sepupu dan tanteku, terlebih sama mama dan papaku.
Aku memandang kota medan yang sudah lebih dari setahun ku tinggalkan, Medan di banding New York emang kalah jauh,tapi tetep aja aku merasa Medan adalah rumahku, bukan New York. Taksi melaju kencang meninggalkan bandara Polonia. Jam sudah menunjukkan jam 11.05 p.m, semoga mereka masih ngumpul di rumah Oma. Aku memandang kota medan dari jendela Taksi, aku tertegun menatap kota Medan yang sekarang. Penuh dengan lampu dimana-mana, anak-anak yang bermain terompet dan kembang api di halaman rumah mereka, tertawa riang. Aku teringat 5 tahun yang lalu, ketika aku masih SMP. Bermain kembang api di depan rumah Oma dengan semua saudaraku, sungguh aku kangen dengan hal itu. Sekarang aku sudah dewasa, apa mungkin aku akan merasakan hal itu lagi? Apa mungkin aku nanti bisa main kembang api lagi?

Yes,aku sampai di depan rumah Oma. Dari luar rumah itu tampak terang benderang dan lampu-lampu dari pohon natal terlihat dari luar, aku ingin berlari dan memeluk mereka semua! Aku kangen dengan mereka semua.
"Terimakasih ya mas." Kataku sambil memberikan uang lima puluh ribuan kepada mas itu yang sudah berbaik hati mengangkatkan koperku sampai depan rumah Oma. Pintu rumah Oma emang terbuka, tapi untungnya tidak ada orang di dekat pintu itu, aku mengintip sedikit dari pintu dan melihat dia.. Kak Ray.

Kak Ray adalah saudara sepupuku, dia baik banget. Dia selalu ada buatku, dia bisa menjadi kakak yang baik buatku, kalau aku ada masalah aku selalu curhat ke dia. Tapi, semuanya berubah ketika Kak Ray kuliah ke Bandung. Aku jadi jarang ketemu Kak Ray, tanpa sadar aku merasa kehilangan dia. Selama dia kuliah di Bandung aku jadi kepikiran dia terus. Gak lama setelah itu aku memutuskan untuk kuliah di New York, ingin mencoba melupakan ketergantunganku terhadap Kak Ray, aku ingin mandiri. Kami emang sering di jodoh-jodohin, tapi aku dan Kak Ray berusaha untuk menganggap itu sebagai lucu-lucuan aja, walaupun sebenarnya dalam hati kami sama-sama ingin itu terjadi, childish.

"Kak Ray." Kataku pelan. Kak Ray yang sedang asik memainkan iPhone, menoleh dan menatapku. Tampaknya dia shock. "Bunga?" Katanya terpekik. "Ssst." Jawabku sambil menempelkan telunjukku di bibir dan mengangguk. Kak Ray masih dengan pandangan shocknya berjalan kearahku. Dia menatapku dari atas ke bawah lalu memelukku, erat sekali!
"Kenapa Bunga pigi ke New York ga bilang-bilang?" Tanyanya dalam pelukan, aku hanya tersenyum. Tanpa sadar air mataku menetes, ini yang aku cari. Pelukan hangat dari Kak Ray, orang yang saat ini ku rindukan. Dalam pelukannya aku merasa tenang dan bahagia, senang sekali. Hadiah Tahun Baru yang paling indah menurutku.
"Bunga kok nangis?" Tanya Kak Ray melepasku dari pelukannya, dia merengkuh pipiku dan mengusap air mata yang mengalir di wajahku. Aku menatapnya dan air mataku semakin mengalir deras, aku gak bisa memungkiri kalau aku kangen sama dia. "Bunga kangen banget sama Kak Ray. Kakak jahat kuliah di Bandung! Jadi Bunga gabisa cerita sama Kakak lagi. Bunga benci sama Kakak!" Kataku keras sambil memukul-mukul tubuh Kak Ray. Kak Ray cuma tersenyum dan menahan tanganku yang hendak memukulnya. "Kalau Bunga kangen, kenapa Kakak di pukulin? Di peluk dong." Kata Kak Ray lalu memelukku lagi.

"Yatuhan, Bunga datang kok gak bilang-bilang sih?" Tanya mama tiba-tiba. Aku yang sedang dalam pelukan Kak Ray terkejut dan melepas pelukan dari Kak Ray. Aku semakin terkejut ketika melihat seluruh keluargaku sudah di depan pintu dan menatapku.
"Bunga nyampainya kapan?" "Bunga datang kok gak bilang-bilang?" "Kak Bunga ada bawa oleh-oleh gak?" "Bunga, gimana di New York?" Pertanyaan-pertanyaan itu silih berganti ku dengar, hanya itu. Aku senang mereka terkejut melihat kedatanganku, kejutanku berhasil.
Aku menatap Kak Ray dan Kak Ray tersenyum.

Sesi tanya jawab selesai, aku merasa kembali kerumah sekarang. Aku dan Sisca -sepupuku paling dekat- sudah mengambil tempat di agak sudut untuk saling curhat dan bernarsis ria. Aku kangen sama Sisca, kami deket banget. Gak bisa pisah, dan kami selalu punya ide gila untuk melakukan suatu hal. Tiba-tiba aku melihat Kak Ray bersama seorang cewek, mereka jalan bersama menuju tempat duduk Oma. Siapa itu? Pertanyaan pertama yang muncul di benakku. Sisca, adik dari Kak Ray menatapku bingung. "Kenapa kak?" Tanyanya sambil mengikuti arah pandanganku. "Oh,itu ceweknya Kak Ray." Kata Sisca dengan santai.
Deg.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar